Rabu, 20 April 2016

Studi Pembangunan, Kekuatan dan Posisi Hong Kong dalam Perdagangan di Asia Pasifik



Daftar Isi







Studi Pembangunan, Kekuatan dan Posisi Hong Kong dalam Perdagangan di Asia Pasifik

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

           
Perekonomian  Hong Kong adalah hal yang menarik dipelajari karena saat ini Hong Kong yang diketahui sebagai kota dengan gedung pencakar langit terbanyak awalnya hanyalah desa nelayan kecil.  Disamping hal tersebut Hong Kong memiliki pengaturan politik yang unik karena saat ini berada dibawah otonomi Cina dengan menggunakan “satu negara dua sistem” dimana Cina sebagai maindland menganut sistem Komunis namun  Hong Kong menggunakan sistem liberal dengan perekonomian terbebas yang telah menjadikannya sebagai  salah satu anggota APEC yang memiliki ekonomi kuat dan berbasis pada jasa serta menjadi pintu gerbang pasar yang penting untuk dunia.

B. Rumusan Masalah


1.      Bagaimana Pembangunan Hong Kong ditinjau dari Studi Pembangunan Negara?
2.      Bagai mana Kekuatan ekonomi Hong Kong  saat ini?
3.      Bagaimana Posisi Hong Kong didalam perdagangan Asia Pasifik?

 

C. Pembahasan

1. Studi Pembangunan  Negara


Hong Kong adalah Daerah Administratif Khusus dari Republik Rakyat Tiongkok yang terletak di bagian tenggara Tiongkok di Pearl River Estuari dan Laut Tiongkok Selatan.[1] Hong Kong terkenal dengan perkembangannya yang ekspansif, pelabuhan laut dalam alami, dan kepadatan penduduk yang sangat tinggi (sekitar 7 juta jiwa pada lahan seluas 1,104 km2 (426 sq mi).[2] Populasi Hong Kong saat ini terdiri dari 93.6% etnis Tionghoa.[3]
Sejak dikuasai Inggris Hong Kong dibangun di atas fondasi Demokrasi dan Liberalisme, sedangkan China merupakan pusat Sosialisme dan Komunisme di Asia. Secara geopolitik, hingga masa era Perang Dingin Hong Kong merupakan bagian dari agenda Containment Politics negara-negara Blok Barat untuk membendung penyebaran paham Komunisme wilayah-wilayah di sebelah selatannya (Asia Tenggara).
Setelah sekitar 156 tahun dikuasai Inggris, akhirnya Hong Kong dikembalikan kepada China pada 1 Juli 1997. Di bawah sistem kapitalisme, Hong Kong telah tumbuh menjadi pusat keuangan, perdagangan, pelayaran, logistik dan pariwisata internasional di kawasan Asia Pasifik, sehingga ketika awal kembalinya ke pangkuan China muncul kekhawatiran di kalangan luas masyarakat Hong Kong akan terjadi perubahan sistem dari demokrasi-kapitalis menjadi komunis-sosialis ala China. Rekonstruksi sistem ini tentu saja akan mengguncang ekonomi dan politik Hong Kong, apalagi ketika itu ekonomi China masih berada di bawah Hong Kong.
Menjelang pengembalian Hong Kong ke China, Deng Xiaoping, pemimpin China ketika itu, berjanji akan menerapkan konsep “satu negara dua sistem”. Konsep tersebut memberikan otonomi kepada pemerintah Hong Kong seperti pada sistem hukum, mata uang, bea cukai, imigrasi, peraturan jalan yang tetap berjalan di jalur kiri, kecuali urusan yang menyangkut pertahanan nasional dan hubungan diplomatik. Penduduk dari China (Tiongkok daratan) tidak memiliki hak untuk menetap di Hong Kong atau bepergian dengan bebas ke sini.[4]
Dalam perjalanannya, implementasi sistem ini berjalan dengan cukup baik. Bahkan ketika terjadi krisis moneter Asia pada tahun 1997, Beijing menyokong penuh pertumbuhan ekonomi Hong Kong sehingga bisa bertahan.[5]
Di akhir 1970-an, Hong Kong berkembang menjadi penghubung perdagangan utama dan pusat keuangan dunia, dan dianggap sebagai salah satu kota global. Hong Kong dikenal sebagai Empat Macan Asia karena pertumbuhannya yang tinggi dan pembangunan luar biasa dalam kurun 1960an sampai 1990an. Antara 1961 dan 1997, produk domestik bruto Hong Kong meningkat 180 kali lipat sedangankan GDP per kapita naik 87 kali lipat. [6]
Perkembangan ekonomi Hong Kong didukung oleh posisi geografisnya yang strategis dimana hampir seluruh bagian dari Asia Timur bisa dicapai dalam waktu 5 jam via udara dari Hong Kong. Hong Kong juga memiliki infrastruktur transportasi dan telekomunikasi kelas dunia kedua hal ini juga memacu pertumbuhan sektor pariwisata Hong Kong yang menggabungkan kemoderenan kota dengan eksotisme budayanya. Hong Kong juga memiliki pelabuhan deep-water yaang paling sibuk dan efisien di dunia.[7]
Saat ini Hong Kong memiliki sistem ekonomi yang paling terbuka,sistem moneter yang stabil, pajak yang simple dan rendah serta sistem akunting yang maju dan pelayanan publik yang efisien. Menurut Index of Economic Freedom of Heritage Hongkong menduduki posisi terbebas dalam hal ekonomi sejak tahun 1995.[8] Hong Kong menempati posisi kelima pada Indeks Kota Global 2014 setelah New York City, London, Tokyo and Paris.[9] Hong Kong adalah pusat keuangan ketiga terpenting setelah New York dan London.[10] 
Dalam visinya Hong Kong ingin menguatkan posisinya sebagai Asia's World City bukan hanya sekedar kota utama dari Cina tapi menjadi kota paling kosmopolit di Asia dan dapat sebanding dengan New York di Amerika dan London di Eropa.[11]
Sebuah model ekonometrik telah dihadirkan untuk menaksir perkembangan ekonomi di tahun 2030. Model tersebut memberikan asumsi bahwa Hong Kong akan melanjutkan restrukturisasi sektor industri dan sektor jasa dengan saat yang bersamaan juga menaikan hubungan ekonomi yang lebih dekat dengan daratan Tionkok (Mainland).  Dalam hal produktivitas satu level yang lebih tinggi akan dicapai dalam hal peningkatan keahlian para pekerja juga diasumsikan melalui model tersebut.[12]

2. Kekuatan Negara


Perekonomian Hong Kong berkarakter perdagangan bebas, pajak rendah dan intervensi pemerintah yang minimum. Hong Kong termasuk ke-8 terbesar ekonomi perdagangan dunia, dengan daratan Cina sebagai mitra dagang yang paling signifikan. Ekonomi Hong Kong berorientasi pada ekspor. Sejak tahun 2000, ekonomi tumbuh rata-rata 0,99 persen kuartal-ke-kuartal, didorong oleh perdagangan internasional. Hong Kong menjadi sebuah platform antara perusahaan China dan importir dari seluruh dunia, nilai barang dan jasa dipertukarkan mencapai empat kali GDP.
Sebuah lembaga riset Amerika menempatkan Hong Kong kembali sebagai negara dengan perekonomian terbebas di dunia untuk ke-21 kalinya secara berturutan. Menurut Heritage Foundation, Hong Kong membukukan skor 89,6 poin dalam indeks kebebasan ekonomi, turun 0,5 poin dari tahun lalu. Keunggulan Hong Kong menipis dibanding saingan terdekatnya, Singapura. Hong Kong hanya unggul 0,2 poin dari Singapura yang menempati posisi kedua.[13]

Berikut merupakan grafik GDP dan GDP perkapita Hong Kong dalam 20 tahun terakhir :[14]
Dari grafik tersebut terlihat Hong Kong mengalami 2 kali krisis Keuangan yaitu pada tahun 1997 dan tahun 2009. Pada Oktober 1997, dolar Hong Kong, yang dipatok 7,8 ke dolar AS, mendapatkan tekanan spekulatif karena inflasi Hong Kong lebih tinggi dibanding AS selama bertahun-tahun. Pejabat keuangan menghabiskan lebih dari US$1 milyar untuk mempertahankan mata uang lokal. Meskipun adanya serangan spekulasi, Hong Kong masih dapat mengatur mata uangnya dipatok ke dolar AS. Pasar saham menjadi tak stabil, antara 20 sampai 23 Oktober, Index Hang Seng menyelam 23%. Otoritas Moneter Hong Kong berjanji melindungi mata uang. Pada 15 Agustus 1997, suku bunga Hong Kong naik dari 8 persen ke 23 persen dalam satu malam.
Krisis keuangan global 2009 yang dipicu oleh permasalahan ‘subprime mortgage’ AS pada tahun 2007, dan semakin meningkat pada tahun 2008, terutama setelah runtuhnya Lehman Brothers. Krisis dengan cepat bergerak melintasi aset, pasar dan ekonomi di dunia yang semakin terintegrasi. Pada akhir tahun 2008, sebagian besar negara maju sudah terperosok dalam resesi, dan kondisi ekonomi Asia juga memburuk dengan cepat, berkembang menjadi krisis ekonomi global yang saling terkait. Hal ini juga berimbas pada kegiatan bisnis di Hong Kong. Krisis keuangan global telah benar-benar menggagalkan kemajuan dari ekonomi Hong Kong sejak tahun 2003. Perekonomian masih bertahan kuat pada pertengahan tahun 2008, tetapi berbalik secara tiba-tiba setelah September. Untuk tahun 2008 secara keseluruhan, pertumbuhan GDP rata-rata sebesar 2,5%, turun dari 6,4% pada tahun 2007.[15]
Dalam menanggapi krisis, pemerintah Hong Kong cepat diajukan seri langkah-langkah untuk menstabilkan pasar keuangan, mendukung perusahaan, dan menciptakan lapangan kerja. Secara eksternal, pemerintah pusat China juga mengumumkan langkah-langkah untuk meningkatkan ekonomi Hong Kong melalui proyek-proyek infrastruktur lintas batas. Di dalam nya 2009/2010 anggaran, pemerintah Hong Kong mengusulkan pengeluaran sekitar US $ 38400000000 (HKD 300 miliar) dan menetapkan anggaran defisit sekitar US $ 5100000000 (HKD 40 miliar), 2,4% dari GDP.
Setelah terjadinya krisis global, prospek ekonomi sedang dan jangka panjang untuk Hong Kong harus tetap menjanjikan. Pemerintah, bersama-sama dengan sektor swasta, akan terus meningkatkan upaya untuk meningkatkan daya saing perekonomian untuk melengkapi perkembangan yang dinamis di daratan utama. Dengan berusaha untuk merestrukturisasi ekonomi berbasis pengetahuan, kegiatan bernilai tambah tinggi; dengan meningkatkan peran Hong Kong sebagai pusat keuangan internasional dan pusat bisnis terkemuka.

a. EKSPOR – IMPOR

1. Ekspor

Grafik ekspor Hong Kong dalam 20 tahun terakhir:[16]


Hong Kong memiliki perekonomian yang berorientasi ekspor dengan 98 persen dari pengiriman berasal dari re-ekspor. Ekspor utama adalah elektronik dan peralatan listrik rumah tangga yang menyumbang 58 persen dari total ekspor. Ekspor lainnya termasuk pakaian dan alas kaki (6 persen), benang tekstil dan kain (2,4 persen), mainan dan permainan (2,3 persen) dan jam tangan dan jam (2,2 persen). Mitra ekspor utama adalah Cina (54 persen), Amerika Serikat (9,9 persen) dan Uni Eropa (9,7 persen). Lainnya termasuk: Jepang, Singapura, Taiwan dan Korea Selatan. Pertumbuhan ekspor yang sehat telah disokong oleh kekuatan permintaan mainland yang kuat untuk ekspor industrial yang kebanyakan adalah elektronik dan komponnennya dalam memenuhi permintaan global. Produk garmen juga menjadi penyokong perdaganan internasional Hong Kong dengan tujuan ekspor utama ke Amerika Serikat dan Uni Eropa.[17]


2. Impor



Hong Kong mengimpor terutama mesin dan peralatan (sekitar 56 persen dari total impor), barang-barang manufaktur (30 persen), bahan kimia (5 persen), bahan bakar mineral (4 persen) dan makanan (3,7 persen). Mitra impor utama adalah China (45 persen), Jepang (8,5 persen) dan Singapura (6,7 persen). Lainnya termasuk Amerika Serikat dan Taiwan.

Grafik neraca perdagangan Hong Kong 19 tahun terakhir :[18]




Terlihat dari grafik di atas Hong Kong surplus  besar hanya terjadi di tahun 2005 sampai tahun 2009 namun kenaikan secara kuantitas terus terjadi.

3.  Ekonomi Internal


Kebijakan ekonomi Hong Kong semasa masih di bawah Inggris didasarkan atas prinsip “positive non-interventionism”. Prinsip ini diaplikasikan dalam bentuk pajak yang rendah dan pembatasan pengeluaran pemerintah terhadap penyediaan jasa dukungan esensial seperti kesehatan, perumahan, dan pendidikan. Peraturan yang dikeluarkan pemerintah juga terbatas sifatnya.

Kebijakan ekonomi Hong Kong setelah penyerahan kembali ke China tahun 1997 juga tidak banyak berubah. Konstitusi mini Hong Kong SAR (Special Administrative Region), Basic Law, menjamin Hong Kong akan tetap mempertahankan perdagangan bebas (free trade), usaha secara bebas (free enterprise), dan pajak yang rendah selama paling tidak 50 tahun. Hal-hal yang diatur secara khusus dalam hal ini adalah:[19]
1.      Hong Kong SAR memiliki sistem keuangan tersendiri
2.      Pemerintah Hong Kong memegang pendapatannya sendiri, tidak perlu menyetor pendapatan Hong Kong kepada pemerintah pusat di Beijing
3.      Pemerintah Beijing tidak dapat mengenakan pajak di Hong Kong
4.      Pemerintah harus menjaga agar pengeluaran selalu berada dalam batas pendapatan dan menghindari defisit
5.      Hong Kong dollar tetap dipertahankan dan terus didukung dengan cadangan devisa 100 persen (Basic Law tidak menyebutkan adanya rezim nilai tukar tertentu, seperti fixed link dengan US dollar)
6.      Hong Kong dollar tetap convertible dan tidak diterapkan pengendalian pertukaran
7.      Aliran bebas modal keluar dan masuk Hong Kong tetap dijaga
8.      Hong Kong tetap menjadi pelabuhan bebas, dengan kebijakan perdagangan bebas, meskipun tarif tetap dapat dikenakan untuk kasus tertentu.


3. Posisi Hong Kong dalam perdagangan di Asia Pasifik

           
            Dalam perdaganan di Asia Pasifik posisi Hong Kong selalu berusaha mencari kerja sama dengan berbagi negara dikawasan hal ini terlihat dengan sejumlah kerja sama yang tengah diupayakan maupun telah berjalan. Hong Kong menjalin kerja sama yang lebih erat dengan New Zealand dalam Hong Kong, Cina - New Zealand Closer Economic Patnership Agreement (CEP Agreement),yang telah diimplementasikan tahun 2015-2016.[20]
Bersama ASEAN sebagai partner dagang terbesar kedua bagi Hong Kong dalam penjualan barang dan ke empat dalam bidang Jasa. Hong Kong secara aktif terus menegosiasikan perdagangan bebas dengan ASEAN. hal ini dutujukan Hong Kong bukan hanya untuk akses barang, jasa dan investasi namun juga demi berpartisipasi dialam intergari ekonomi regional.[21]
Di Asia Tenggara secara bilateral Hong Kong juga membuat kerja sama dengan Malaysia dan Thailand ditahun 2009 dan 2013 dalam hal ini Hong Kong membentuk Join Co-operation Comitte untuk mengatur prioritas kerja sama kedepannya bersama dua negara tersebut.[22]
 Hong Kong juga adalah anggota dari Asia Pacific Economic Cooperation-APEC. APEC dibentuk pada tahun 1989 berdasarkan gagasan Perdana Menteri Australia, Bob Hawke. Tujuan forum ini selain untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi kawasan juga mengembangkan dan memproyeksikan kepentingan-kepentingan kawasan dalam konteks multilateral. Mengingat APEC lebih dititikberatkan pada hubungan ekonomi, maka setiap anggota, termasuk negara, disebut sebagai entitas ekonomi.[23]
Keanggotaan APEC terdiri dari 21 ekonomi yang terdiri dari Australia, Brunei Darussalam, Kanada, Chile, China, Hong Kong, Indonesia, Jepang, Korea, Malaysia, Meksiko, PNG, Peru, Filipina, Rusia, Singapura, Chinese Taipei, Thailand, AS dan Vietnam. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh APEC Secretariat, total penduduk di wilayah APEC mencapai 2,6 milyar dengan total GDP mencapai 57 persen (US$ 19,254 milyar) dari GDP dunia, serta total perdagangan APEC mencapai 47 persen dari total perdagangan dunia.[24]
Hong Kong bergabung APEC pada tahun 1991. Sesuai Undang-Undang Dasarnya, Hong Kong terus berpartisipasi dalam APEC menggunakan nama "Hong Kong, Cina" (HKC) sebagai anggota penuh (terpisah dari mainland).  HKC diwakili oleh Chief Executive dan Sekretaris Perdagangan dan Pembangunan Ekonomi di Meeting APEC Economic Leaders 'dan Pertemuan Tingkat Menteri APEC masing-masing.[25]
Sejak masuk ke APEC pada tahun 1991, HKC telah mengambil peran aktif dalam berbagai kegiatan utama APEC. Sebagai contoh Hong Kong  adalah Wakil Ketua Komite Perdagangan dan Investment dan Wakil Ketua Komite Ekonomi dan  menjadi Convenor dari Intelektual Hak Kekayaan Ahli 'Group dari Januari 2008.[26]
            Hong Kong secara luas diakui di APEC. Pada IAP Peer Review 2007, Hong Kong diakui sebagai salah satu yang paling liberal dan terbuka ekonomi di dunia dan Hong Kong sangat berkomitmen untuk system perdagangan multilateral, dan “model member economy” dalam perdagangan dan investasi liberalisasi serta fasilitasi.[27]
APEC sangat penting bagi Hong Kong karena delapan puluh persen dari perdagangannya adalah dengan anggota APEC. APEC juga memberikan Hong Kong kesempatan yang baik untuk bekerja sama cakupan APEC yang luas secara ekonomi pdan perdagangan. Hong Kong juga terbantu karena dalam beberapa tahun terakhir APEC juga telah memfasilitasi dan memudahkan prosedur serta mobilitas bisnis diantara anggotanya melalui the APEC seperti Business Travel Card, mempromosikan perdagangan elektronik, mengurangi paperwork dan  pembentukan pengaturan pengakuan bersama  untuk peralatan telekomunikasi, dan peralatan listrik dan elektronik dan masih lain-lain, Hong Kong menganggap hal-hal tersebut sangat membantu lingkungan bisnis karena memangkas biaya  dan waktu. [28]
Bagi Hong Kong APEC memberikan kesempatan yang baik untuk bekerja sama dengan negara-negara anggota APEC pada berbagai isu ekonomi dan perdagangan di kawasan Asia-Pasifik. Posisi keanggotaan Hong Kong yang penuh dan terpisah (dengan mainland) di APEC juga dianggap Hong Kong sebagai keberhasilan pelaksanaan konsep "Satu Negara, Dua Sistem" konsep, dengan menggaris bawahi otonomi Hong Kong dalam perdagangan eksternal dan permasalahan ekonomi.[29]
Berbagai langkah yang dilakukan APEC  sejalan dengan kepentingan eknomi  liberal Hong Kong  hal ini disebabkan karena tujuan dari APEC itu sendiri untuk menghadirkan perdagangan bebas di kawasan Asia Pasifik. Menurut laporan Legislative Council Hong Kong ditahun 2016 ini Hong Kong tetap yakin setiap langkah APEC untuk  memfasilitasi perdagangan dan investasi di kawasan ini akan membawa kesempatan yang lebih baik untuk Hong Kong.[30]

D. Penutup

1. Kesimpulan


Kesimpulan kami adalah Hong Kong berhasil dalam menjalankan sistem satu negara dua sistem terlihat dari perkembangan dan pertumbuhan ekonominya. Hal ini didukung oleh letak geografis yang strategis serta infrastruktur dan tehknologi yang juga telah maju. Kekuatan ekonomi Hong Kong adalah di bidang jasa dan barang setelah dua kali diterpa krisis ekonomi Hong Kong tetap dapat bangkit dan menjaga kestabilannya yang mana Hong Kong memiliki sistem ekonomi paling terbuka di dunia dan hal ini sejalan dengan perdagangan bebas yang banyak diupayakan Hong Kong kepada negara-negara di kawasan Asia Pasifik baik secara bilateral maupun melalui forum regional seperti APEC, karena kesamaan tujuan dan kepentingan dari sistem ekonomi Hong Kong dan tujuan dari APEC itu sendiri.








Daftar Pustaka



Ash, Russell (2006). The Top 10 of Everything 2007. Hlm 78. dikutip dari https://id.wikipedia.org/wiki/Hong_Kong

Atkearney 2014. Global Cities Index and Emerging Cities Outlook" (PDF). Diakses pada 17 April 2016. http://www.atkearney.com/documents/10192/4461492/Global+Cities+Present+and+Future-GCI+2014.pdf/3628fd7d-70be-41bf-99d6-4c8eaf984cd5

Bappenas “Asia Pacific Economic Cooperation (Apec)” diakses pada 16 April 2016http://ditpolkom.bappenas.go.id/basedir/Politik%20Luar%20Negeri/3)%20Keanggotaan%20Indonesia%20dalam%20Organisasi%20Internasional/5)%20APEC/APEC.pdf

Census and Statistics Department2011 Population Census – Summary Results (PDF) (Report. February 2012. Diakses tanggal 5 September 2013. http://www.census2011.gov.hk/pdf/summary-results.pdf
Enright, Michael J. Etidh E. Scott and David Dodwell. 1997.  The Hong Kong Advantage.  Hong Kong: Oxford University Press. Diakses pada 15 April 2016 dari  https://sambelalab.wordpress.com/2010/11/09/pembangunan-ekonomi-hong-kong-pasca-lepas-dari-inggris-tahun-1997/

Government of Hong Kong 2007  Hong Kong 2030 Planing Vision and Strategy Final ReportThe Development Bureau and the Planning Departement


Government of the Hong kong special administrative region, “2008 ECONOMIC BACKGROUND AND 2009 PROSPECTS”, diakses dari http://www.hkeconomy.gov.hk/en/pdf/er_08q4.pdf, pada tanggal 17 April 2016 pukul 21:54Hong Kong Government 2016 Exports of Goods” Diakses 18 April 2016 http://www.hkeconomy.gov.hk/en/pdf/domestic_eng.pdf

Heritage Foundation.  Index of Economic Freedom – Hong Kong".  Diakes pada  17 April 2016 http://www.heritage.org/index/country/hongkong

Hong Kong APEC Trade Policy Group “Apec In Hong Kong” Diakses pada 16 April 2016 http://www.hk-apec.com.hk/c.php?c=1

Hong Kong Government -  Immigration Department  "Right of Abode in HKSAR—Verification of Eligibility for Permanent Identity Card" Diakses pada 14 April 2016 https://web.archive.org/web/20080119033446/http:/www.immd.gov.hk/ehtml/hksarvepid.htm

_______"Geography and Climate, Hong Kong" (PDF) Diakses tanggal 15 April 2016. http://www.censtatd.gov.hk/FileManager/EN/Content_810/geog.pdf

_______Gross Domestic Product” Diakses 18 April 2016 http://www.hkeconomy.gov.hk/en/pdf/domestic_eng.pdf

Legislative Council of The Hong Kong Special Administrative Region of The People's Republic of China 2016 “Examination of Estimates of Expenditure 2016-17” (PDF) P. 129-130 diakses pada 18 April 2016 di http://www.legco.gov.hk/yr15-16/english/fc/fc/w_q/cedb-cit-e.pdf

______ “Legislative Council  Panel On Commerce And Industry Asia-Pacific Economic Cooperation” LC Paper No. CB(1)2088/06-07(03) (PDF) Hal 2 diakses pada 17 April 2016 di http://www.legco.gov.hk/yr06-07/english/panels/ci/papers/ci0717cb1-2088-3-e.pdf

Long Finance. September 2014 "The Global Financial Centres Index 16" (PDF). Diakses tanggal 15 April 2016 http://www.longfinance.net/images/GFCI16_22September2014.pdf

Voaindonesia, “Hong Kong Bertahan Sebagai Ekonomi Terbebas di Dunia”, diakses dari http://www.voaindonesia.com/content/hong-kong-tetap-ekonomi-terbebas-di-dunia/2616962.html, pada tanggal 17 April 2016 pukul 20:58

Yeung, Rikkie (2008). Moving Millions: The Commercial Success and Political Controversies of Hong Kong's Railways. Hong Kong University Press.





[1] Hong Kong Government "Geography and Climate, Hong Kong" (PDF) Diakses tanggal 15 April 2016. http://www.censtatd.gov.hk/FileManager/EN/Content_810/geog.pdf
[2] Ash, Russell (2006). The Top 10 of Everything 2007. Hlm 78. dikutip dari Wikipedia.org
[3]  Census and Statistics Department2011 Population Census – Summary Results (PDF) (Report. February 2012. Diakses tanggal 5 September 2013. http://www.census2011.gov.hk/pdf/summary-results.pdf
[4] Hong Kong Government -  Immigration Department  "Right of Abode in HKSAR—Verification of Eligibility for Permanent Identity Card" Diakses pada 14 April 2016 https://web.archive.org/web/20080119033446/http:/www.immd.gov.hk/ehtml/hksarvepid.htm
[5] Government of Hong Kong 2007  Hong Kong 2030 Planing Vision and Strategy Final ReportThe Development Bureau and the Planning Departement P. 6-7
[6] Yeung, Rikkie (2008). Moving Millions: The Commercial Success and Political Controversies of Hong Kong's Railways. Hong Kong University Press. p. 16.
[7] Government of Hong Kong 2007  opt. cit p. 2.
[8] Heritage Foundation.  Index of Economic Freedom – Hong Kong".  Diakes pada  17 April 2016 http://www.heritage.org/index/country/hongkong
[9] Atkearney 2014. Global Cities Index and Emerging Cities Outlook" (PDF). Diakses pada 17 April 2016. http://www.atkearney.com/documents/10192/4461492/Global+Cities+Present+and+Future-GCI+2014.pdf/3628fd7d-70be-41bf-99d6-4c8eaf984cd5
[10] Long Finance. September 2014 "The Global Financial Centres Index 16" (PDF). Diakses tanggal 15 April 2016 http://www.longfinance.net/images/GFCI16_22September2014.pdf
[11] Government of Hong Kong 2007  Hong Kong 2030 Planing Vision and Strategy Final ReportThe Development Bureau and the Planning Departement P. 19
[12] Ibid.  P. 106
[13]Voaindonesia, “Hong Kong Bertahan Sebagai Ekonomi Terbebas di Dunia”, diakses dari http://www.voaindonesia.com/content/hong-kong-tetap-ekonomi-terbebas-di-dunia/2616962.html, pada tanggal 17 April 2016 pukul 20:58
[14] Hong Kong Government Gross Domestic Product” Diakses 18 April 2016 http://www.hkeconomy.gov.hk/en/pdf/domestic_eng.pdf
[15] Government of the Hong kong special administrative region, “2008 ECONOMIC BACKGROUND AND 2009 PROSPECTS”, diakses dari http://www.hkeconomy.gov.hk/en/pdf/er_08q4.pdf, pada tanggal 17 April 2016 pukul 21:54
[16] Hong Kong Government 2016 Exports of Goods” Diakses 18 April 2016 http://www.hkeconomy.gov.hk/en/pdf/domestic_eng.pdf
[17] Goverment of Hong Kong 2007 opt. cit . P. 57
[18] Ibid.
[19] Enright, Michael J. Etidh E. Scott and David Dodwell. 1997.  The Hong Kong Advantage.  Hong Kong: Oxford University Press. Diakses pada 15 April 2016 dari  https://sambelalab.wordpress.com/2010/11/09/pembangunan-ekonomi-hong-kong-pasca-lepas-dari-inggris-tahun-1997/
[20] Legislative Council of The Hong Kong Special Administrative Region of The People's Republic of China 2016 “Examination of Estimates of Expenditure 2016-17” (PDF) P. 129-130 diakses pada 18 April 2016 di http://www.legco.gov.hk/yr15-16/english/fc/fc/w_q/cedb-cit-e.pdf
[21] Ibid.
[22] Ibid.
[23]Bappenas “Asia Pacific Economic Cooperation (Apec)” diakses pada 16 April 2016http://ditpolkom.bappenas.go.id/basedir/Politik%20Luar%20Negeri/3)%20Keanggotaan%20Indonesia%20dalam%20Organisasi%20Internasional/5)%20APEC/APEC.pdf
[24] Ibid.
[25] Hong Kong APEC Trade Policy Group “Apec In Hong Kong” Diakses pada 16 April 2016 http://www.hk-apec.com.hk/c.php?c=1
[26] Legislative Council of The Hong Kong Special Administrative Region of The People's Republic of China 2007 “Legislative Council  Panel On Commerce And Industry Asia-Pacific Economic Cooperation” LC Paper No. CB(1)2088/06-07(03) (PDF) Hal 2 diakses pada 17 April 2016 di http://www.legco.gov.hk/yr06-07/english/panels/ci/papers/ci0717cb1-2088-3-e.pdf
[27] Ibid.
[28] Ibid
[29] Ibid.
[30]  Legislative Council of The Hong Kong Special Administrative Region of The People's Republic of China 2016. opt. cit. 128-129