Minggu, 11 Januari 2015

Contoh Dimensi Human Security

Contoh Dimensi Human Security
A.   Societal Insecurity
Budaya nasional Indonesia yang terbentur dengan globalisasi khususnya budaya barat, Pertemuan kebudayaan dengan kebudayaan teknologis modern hanya dapat berhasil jika masyarakat memiliki sikap positif terhadap identitas sejarah dan kebudayaannya sendiri, Budaya global yang lahir dari faham modernisme adalah implikasi dari budaya barat yang mengedepankan rasionlitas empiris dengan pemisahan wilayah nilai spirit dan wilayah rasional (sekular), hal ini sanagat mempengaruhi karakter budaya masyarakat barat denagan mengedepankan rasio sebagai sumber utama peradaban maka setiap prinsip-prinsip nilai kemasyarakatan dibangun dalam kerangka rasio tadi, tanpa filterisasi kebudayaan dalam era globalisasi ini meruapakan ancaman bagi karakter bangsa Indonesia itu sendiri.
B.            Migration and Insecurity
Permasalahan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) seakan tiada habis. Masih hangat dibicarakan peristiwa puluhan ribu tenaga kerja ilegal asal Indonesia dipulangkan oleh pemerintah Malaysia karena dianggap penduduk gelap.
Tindakan itu dilakukan menyusul mulai diterapkannya Undang-Undang Keimigrasian A 1154 Tahun 2002 pada tanggal 1 Agustus lalu. Sontak para TKI yang tidak memiliki dokumen sah (ilegal) menjadi incaran para “polis” Malaysia untuk dipulangkan ke daerah asalnya.
Puluhan ribu TKI ilegal tersebut, akhirnya kembali ke Indonesia. Mereka untuk sementara ditampung di Nunukan, sebuah kota kecil di perbatasan antara Kalimantan Timur bagian utara dan Malaysia Timur, yang penduduknya tiba-tiba bertambah hampir tiga kali lipat.
Menarik untuk dicermati ternyata banyak sekali TKI yang bekerja di Malaysia tanpa melalui jalur resmi (sah). Mereka bekerja di berbagai sektor, paling banyak di sektor perkebunan. Lainnya tersebar di sektor pertanian, industri, dan konstruksi, yang menjadi pertanyaan ialah mengapa mereka tertarik untuk bekerja di Malaysia dengan menempuh jalur di luar rel birokrasi yang ada? Fakta-fakta apa saja yang melatarbelakangi para pekerja migran tersebut ke Malaysia meski mereka tahu status mereka adalah ilegal? Serta mengapa isu-isu migrasi internasional seperti yang terjadi pada tenaga kerja asal Indonesia kurang tersentuh kebijakan regional negara berkaitan.
C.            Climate Change and Insecurity
Program Pangan Dunia (WFP - 9 April 2014), memperingatkan potensi kemarau akan makin melumpuhkan kondisi keamanan pangan yang sudah rawan di Suriah --tempat sebanyak empat juta orang menerima bantuan dari lembaga pangan PBB itu pada Maret.

Pengulas keamanan pangan WFP mengatakan curah hujan sejak September telah berkurang separuh curah hujan rata-rata jangka panjang, dan akan memiliki dampak besar pada panen gandum berikutnya," kata Farhan Haq, Wakil Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB, dengan mengutip laporan khusus yang disiarkan oleh WFP. Dengan tiga-perempat musim hujan menghilang, tampaknya tak mungkin terjadi pemulihan penting pada musim pertanian saat ini," katanya.

Data mengenai curah hujan memperlihatkan provinsi yang paling parah terpengaruh adalah penghasil hampir 50 persen produksi gandum, kata Hag sebagaimana dilaporkan Xinhua, Laporan WFP itu mengatakan kondisi kering, yang juga memengaruhi sebagian besar wilayah Timur Tengah, akan menambah parah dampak perang saudara pada sektor pertanian.

Produksi gandum diperkirakan berjumlah 1,7 sampai 2,0 juta ton meter kubik, tak mencapai kebutuhan gandum di negeri tersebut --yang berjumlah 5,1 juta ton meter kubik tahun lalu, Kehidupan ternak dan tanaman juga akan terkena dampak akibat kekurangan air dan buruknya ketersediaan padang rumput, katanya.

Di bagian barat-laut negara yang dicabik pertempuran itu, terutama di Aleppo, Idbel dan Hama adalah yang terpengaruh paling parah. Kondisi buruk juga terjadi sampai ke Raqqa dan Hassakeh Selatan serta berbagai daerah di Deir Ezzor, Sebagian besar wilayah itu memperlihatkan perkembangan panen yang buruk, dan di beberapa tempat, situasinya sangat parah sehingga dapat menyamai kondisi kemarau 2008 di Suriah, kata laporan tersebut.

Menurut laporan itu, konflik juga telah menghancurkan kapasitas irigasi, merusak pompa dan saluran air, dan mengakibatkan listrik padam, merusak traktor serta menimbulkan kondisi tak aman untuk bekerja di tempat terbuka, lebih dari 150.000 orang tewas dan jutaan orang lagi meninggalkan tempat tinggal mereka di Suriah, sejak oposisi memulai protes pada Maret 2011, yang belakangan berubah menjadi perang antara militer Suriah dan gerilyawan bersenjata.

D. D. Enegy Security
Konflik Gas Rusia – Ukraina
Konflik gas antara Rusia-Ukraina dipicu oleh kenaikan harga gas dan tuduhan Rusia terhadap Ukraina telah menyedot pasokan gas rusia untuk Eropa sedangkan Ukraina menyangkal tuduhan tersebut, Ukraina balik menuduh Rusia tidak menyuplai “gas teknis” yang mencukupi. Sengketa harga gas antara Rusia dan Ukraina yang mengakibatkan Rusia menghentikan ekspor gasnya yang melalui pipa di Ukraina ternyata berdampak luas. Tidak hanya Ukraina yang kekurangan suplai gas tetapi hampir di seluruh kawasan Eropa, hal tersebut terjadi karena 80% ekspor gas Rusia ke Eropa melalui pipa yang berada di Ukraina.
Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin mengatakan kepada perusahaan raksasa energi milik pemerintah, Gazprom, untuk menghentikan semua pengiriman gas alam ke Ukraina. Dalam pertemuan dengan Putin, Kepala Gazprom Alexei Miller mengusulkan penghentian pengiriman gas di perbatasan Rusia-Ukraina karena Ukraina mencuri gas Rusia, Maka akibat dari konflik tersebut krisis gas terjadi di Eropa. Banyak negara yang menjadi korban akibat dari konflik antara Rusia dan Ukaina.
Masalah yang berbelit ini sebetulnya datang dari asal gas tersebut. Sebagian gas itu datang dari Turkmenistan. Dan Rusia membelinya dengan 60 dolar. Gazprom memetik keuntungan dengan menyalurkan gas itu kepada Ukraina. Dengan begitu Rusia sebenarnya diuntungkan dengan hanya main kekuasaan. Ukraina sebelumnya sudah melirik gas Turkmenistan yang murah tersebut. Namun konglomerat raksasa Gazprom semakin menancapkan kukunya dengan membeli hampir semua gas Turkmenistan. Dengan demikian hanya sedikit gas yang tersisa untuk Ukraina. Sangatlah kebetulan pula gas Turkmenistan itu hanya bisa diperoleh melalui pipa gas Rusia yang melewati Ukraina. Pada waktunya nanti, Rusia bisa-bisa akan menjadi pecundang baru. Karena dengan permainan kekuasaan seperti itu, dan penutupan aliran gasnya membuktikan bahwa negara itu berbahaya dan tidak dapat dipercaya.
Untuk ekonomi, lingkungan, dan keamanan, pemerintah Rusia telah memutuskan bahwa setiap jalur pipa yang baru akan dikontrol dan dimiliki oleh negara.” Tidak akan ada jalur pipa yang dimiliki oleh swasta” telah ditegaskan oleh pemerintah Rusia Jalur Pipa baik itu untuk gas ataupun minyak tidak akan diserahkan pada swasta. Pemerintah akan secara penuh membangun, mengontrol dan memiliki jalur tersebut. Ini menegaskan distribusi energi sangatlah penting bagi Rusia sebagai alat politik luar negerinya.
Rusia lebih memperkuat kembali pengaruhnya terhadap negara-negara yang menjadi kunci utama dalam penyaluran energi ke Eropa. Itu dilakukan untuk menambah ketergantungan negara-negara Eropa terhadap energi dari Rusia. Rusia sangat memahami betapa berharga energi migas dalam meningkatkan pendapatan negara itu dan gencar mengincar migas di negara-negara tetangganya. Desember 2007, Rusia berhasil membuat kesepakatan dengan Kazakhstan dan Turkmenistan untuk membangun sebuah jaringan pipa gas baru sepanjang pantai timur Kaspia menuju Rusia. Pembangunan jaringan pipa yang diharapkan bisa mengekspor 20 miliar meter kubik per tahun pada tahapan awalnya.
Rusia mencoba untuk mengontrol Eropa melalui kekuatan energinya, krisis gas yang telah terjadi semakin parah. Selain mengurangi pasokan untuk Uni Eropa, Rusia juga menunda pasokan untuk negara-negara Eropa lainnya. Hal tersebut membuat sebagian besar negara Eropa cemas, karena negara-negara tersebut telah terbiasa menggunakan gas Rusia untuk pemanas dimusim dingin.

D. Water and Receouce
Dari kacamata konflik, air di Timur Tengah bisa menjadi objek, alat, ataupun penyelesaian konflik jika dikelola secara bijak oleh setiap negara. Air menjadi objek konflik ketika negara antar regional saling berebut, baik dengan menggunakan kekuatan militer maupun diplomasi untuk melakukan intervensi dan hegemoni. Jika sebuah negara memiliki sumber air, atau berhasil menguasai sumber air negara lain, maka air akan menjadi alat konflik. Karena dengan cara itu negara yang menguasai sumber air mampu menekan negara lain, sesuai kepentingan yang ia inginkan.



Ini menunjukkan bahwa air memiliki kekuatan yang luar biasa. Jadi tak heran jika pada tahun 1995, Wakil Presiden Bank Dunia Ismael Serageldin meramalkan bahwa perang masa depan tidak lagi dipicu oleh perebutan emas hitam (minyak), tetapi oleh emas biru (air). Al-Quran sendiri sudah memberikan isyarat, bahwa air tidak kalah penting dengan minyak. Dalam dalam surat Al-Anbiya ayat 30 Allah Swt. berfirman yang artinya, "Dan Kami jadikan dari pada air itu segala sesuatu menjadi hidup, apakah kamu tidak beriman?"

Persediaan Air di Wilayah Arab

Persediaan air permukaan (sungai) di wilayah Arab mencapai 127,5 milyar meter kubik setiap tahunnya. 71%-nya mengelilingi tiga negara, yaitu Mesir, Irak dan Sudan. 67% diantaranya berasal dari luar negara Arab. Hal ini karena Irak memiliki dua sungai yaitu Eufrat dan Tigris (Dejlah). Sungai Eufrat mengalir dari Turki menuju Suriah, dan bermuara di Irak. Sedangkan Sungai Tigris mengalir langsung dari Turki ke Irak. Sedangkan Mesir dan Sudan karena memiliki sungai Nil yang bermuara pada Ethiopia (Nil biru) dan danau Victoria (Nil putih). Nil putih dan biru ini bertemu di dekat Khourtum, ibukota Sudan, kemudian mengalir ke Mesir.


Health Insecurity
Konflik dan Kekurangan Pangan di Mali
Para pengungsi yang melarikan diri dari konflik di Mali utara membuat keadaan jadi lebih genting di kawasan Sahel, yang  menghadapi kelaparan usai panen yang gagal tahun lalu.

Lebih dari 18 juta orang di delapan negara di kawasan Sahel, yaitu wilayah semi-gersang yang melintasi Afrika utara, telah menghadapi kekurangan pangan akibat kekeringan. Kini 250.000 warga Mali yang menurut badan pengungsi PBB (UNHCR) mengungsi ke Mauritania, Burkina Faso, Niger dan Aljazair mengalami penderitaan yang lebih berat terkait sumber-sumber makanan.

Menurut Malek Triki, juru bicara Program Pangan Dunia (WFP) PBB  di Afrika Barat, kerusuhan di Mali telah "menambah beban pada penduduk lokal "untuk mencari pangan bagi mereka sendiri dan anak-anak mereka".

Kudeta pada Maret lalu yang membawa faksi-faksi gerilyawan Islam Mali menguasai daerah utara yang luas. Bamako mengatakan, para pemberontak telah menggunakan tentara anak-anak untuk bertempur dan melakukan perkosaan serta pembunuhan terhadap penduduk sipil.

Pekan lalu perdana menteri Burkina Faso memperingatkan mengenai situasi di wilayah itu.  "Jika ada lagi arus pengungsi yang besar maka itu akan menyulitkan," kata Luc Adolphe Tiao.

Penduduk Sahel yang membantu pengungsi harus mengakhiri perjuangan mereka sendiri. "Kami harus membagikan cadangan makanan kami yang sangat kurang  kepada para pengungsi Mali," kata seorang warga desa dari Niger, yang desanya Nani-Bagou di perbatasan Mali yang menjadi tempat penampungan pengungsi.

"Persediaan pangan kami habis dan kami harus meninggalkan desa itu menuju kota," katanya. Ia mengacu kepada ibu kota Niger, Niamey. "Krisis itu sangat parah," kata Moussa Zakaria, seorang warga desa lainnya yang juga terpaksa meninggalkan rumahnya pergi ke Niamey kepada AFP. Ia menambahkan ia mengharapkan panen mendatang akan dapat "mengakhiri malapetaka itu".

Krisis tahun 2011,serta kekeringan luas di wilayah itu tahun 2005 dan krisis pangan di Niger tahu 2010, menyababkan Sahel dan penduduknya dalam keadaan rawan. Mauritania, Senegal, Gambia, Mali, Burkina Faso, Niger, Kamerun dan Chad pada prinsipnya terkena dampak itu, dengan 8.5 juta orang menghadapi kondisi "sangat" kekurangan pangan. Niger, yang berpeduduk enam juta jiwa, termasuk yang mengalami kelaparan yang paling parah.

Dampak dari krisis itu di Mali bertambah berat sejak Maret lalu akibat bagian utara negara itu dikuasai gerilyawan.

Konflik karena air
Air Sebagai Alat dan Objek Konflik

Air bisa menjadi alat konflik ketika ia digunakan untuk menekan negara lain. Sebut saja Nil yang memiliki hulu di Ethiopia, maka Ethiopia bisa menggunakan kekuasaannya pada sumber air untuk menekan Mesir. Bila Ethiopia tidak ingin menekan Mesir, Ethiopia bisa dimanfaatkan oleh negara lain, seperti yang terjadi sekarang. Hegemoni AS dan Israel yang kuat di tanduk Afrika, ditambah dengan adanya Yahudi Ethiopia yang disebut dengan "Beta Israel", menjadikan Zionis semakin mantap memainkan peranannya untuk menekan Mesir melalui Ethiopia. Karena Israel meminta Mesir untuk mengalirkan air Nil melelaui jalur Sinai ke Israel. Jika Mesir tidak memenuhi permintaan Israel tersebut, maka Zionis-Israel akan mengintervensi Ethiopia agar tidak mengalirkan air Nil Ethiopia ke Mesir.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar