Kamis, 19 Desember 2013

Pencemaran Udara di Tepian City

Tugas Mata Kuliah Ilmu Kealam Dasar




BAB I   PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan pencemaran udara, yaitu masuknya zat pencemar kedalam udara. Masuknya zat pencemar ke dalam udara dapat secara alamiah, misalnya asap kebakaran hutan, gunung berapi, debu meteorit dan pancaran garam dari laut, juga sebagian besar disebabkan oleh kegiatan manusia misalnya akibat transportasi, industri, pembuangan sampah,baik akibat proses dekomposisi ataupun pembakaran serta kegiatan rumah tangga.
Di Samarinda sendiri pembangunan fisik kota berdirinya pusat industri serta melonjatknya penggunaan kendaraan bermotor yang dapat kita amati dengan semakin padatnya jalan-jalan di Ibu kota Kalimantan Timur ini, pertumbuhan pesat dunia industri membawa dampak positif antara lain mendatangkan devisa bagi negara, transfer teknologi dan membuka lapangan kerja. Namun sektor industri juga mengusung dalam berdirinya damak negatif yang patut diwaspadai, berupa limbah dan pencemaran udara yang bila tidak dikelola dengan baik akan mengganggu keseimbangan lingkungan.

Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan pencemaran udara, yaitu masuknya zat pencemar kedalam udara. Masuknya zat pencemar ke dalam udara dapat secara alamiah, misalnya asap kebakaran hutan, gunung berapi, debu meteorit dan pancaran garam dari laut, juga sebagian besar disebabkan oleh kegiatan manusia misalnya akibat transportasi, industri, pembuangan sampah,baik akibat proses dekomposisi ataupun pembakaran serta kegiatan rumah tangga.

Judul makalah ini sengaja dipilih karena menarik perhatian penulis untuk dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap semakin buruknya kualitas udara di kota kita ini.







BAB II
2.1 Telah Pustaka

Masalah pencemaran udara memang sudah seharusnya mendapat perhatian lebih ini telah banyak ditulis dalam berbagai buku maupun artikel-artikel, beberapa telaah pustakanya sebagai berikut
Menurut Chambers (1976) dan Masters (1991), yang dimaksud dengan pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau subrat fisik kmia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai jumlah tertentu sehingga dapat dideteksi oleh manusia (atau dapt dihitung dan diukur serta dapat memberikan efek pada manusia, binatang,vegetasi, dan Material (Mukono, 2000)
Menurut (Fardiaz, 1992) Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi dan komponen campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Udara  juga merupakan atmosfer yang berada di sekeliling bumi yang fungsinya sangat penting bagi kehidupan manusia di dunia ini. Dalam udara terdapat oksigen untuk bernafas, karbondioksida untuk proses fotosintesis oleh klorofil daun dan ozon untuk menahan sinar ultraviolet

            Menurut ”The Engineers” Joint Council in Air Polution and Its Control, yang  telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, bahwa pencemaran udara diartikan  hadirnya satu atau beberapa kontaminan di dalam udara atmosfer di luar, antara lain oleh debu, busa, gas, kabut, bau–bauan, asap atau uap dalam kuantitas yang banyak,  dengan berbagai sifat maupun lama berlangsungnya di udara tersebut, hingga  menimbulkan gangguan terhadap kehidupan manusia, tumbuh–tumbuhan  atau binatang maupun benda, atau tanpa alasan jelas sudah dapat mempengaruhi kelestarian organisme maupun benda.
Menurut Peraturan Pemerintah RI No.41 tahun 1999, pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.

umber bahan pencemar dapat menjadi dua golongan besar, yaitu:
1.      Sumber alamiah
Beberapa kegiatan alam bisa menyebabkan pencemaran udara seperti kegiatan gunung berapi, kebakaran hutan, petir, kegiatan mikroorganisme dan lain–lain. Bahan pencemar yang dihasilkan umumnya asap, debu, grit dan gas–gas ( CO dan NO).
2.      Sumber buatan manusia
Kegiatan manusia yang menghasilkan bahan pencemar bermacam–macam, antara lain adalah :
a.      Pembakaran, Misalnya pembakaran sampah, pembakaran pada kegiatan rumah tangga, industri, kendaraan bermotor yang menghasilkan  asap, debu, pasir dan gas.
b.      Proses peleburan, seperti peleburan baja, pembuatan keramik, soda, semen dan aspal yang menghasilkan debu, asap dan gas.
c.       Pertambangan dan penggalian, seperti tambang mineral dan logam. Bahan yang dihasilkan terutama adalah debu.
d.      Proses pengolahan,  seperti pada proses pengolahan makanan, daging, ikan, penyamakan dan pengasapan yang menghasilkan asap, debu dan bau. Pembuangan limbah, baik limbah industri maupun limbah rumah tangga.
e.      Proses percobaan atom nuklir yang menghasilkan gas dan debu radioaktif

Polutan Logam Berat di Lingkungan
            Penggunaan logam – logam berat dalam berbagai keperluan sehari-hari berarti telah secara langsung maupun tidak langsung, atau sengaja maupun tidak sengaja, telah mencemari lingkungan. Beberapa logam berat tersebut ternyata telah mencemari lingkungan melebihi batas yang berbahaya bagi kehidupan lingkungann. Logam  – logam berat yang berbahaya dan sering mencemari lingkungan terutama adalah merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As), kadmium (Cd), Khromium (Cr) dan Nikel (Ni). Logam    logam tersebut diketahui dapat mengumpul di dalam tubuh suatu organisme, dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu lama sebagai racun yang terakumulasi (Fardiaz, 1992). . Pencemaran timbal (Pb) bersumber dari kendaraan bermotor yang dibubuhkan ke dalam BBM dalam bentuk tetra etil lead (TEL) sebanyak 0,42 mg/l sejak 1990. Sebelumnya kadar yang dibubuhkan lebih tinggi lagi. Berbagai penelitian telah dilakukan tentang timbal (Pb) dan korelasi terhadap kepadatan lalu lintas menghasilkan korelasi yang baik sekali dilihat dari kepadatan dan jarak. Sebagai contoh di Kota Bandung pernah dilakukan Pemeriksaan pada humus, akar, batang dan daun teh di daerah Puncak, Bogor dan Kancabali, Bandung memperlihatkan bahwa permukaan humus mengandung timbal (Pb) terbesar dan konsentrasinya berkurang dengan kedalaman tanah. Selanjutnya tinggi konsentrasi secara berurutan didapat pada akar, daun teh dan batang (Rahardjo, 1995 dalam Soemirat 2005). 


Peningkatan jumlah Kendaraan di Kota Samarinda

Mengutip dari Harian Tribunkaltim (2013/03/17) - Berdasarkan catatan Kantor Samsat Samarinda, rata - rata penambahan jumlah kendaraan baru di Samarinda tidak kurang dari 4000 unit perbulan. Jumlah itu dengan perbandingan 60 : 40 (60 persen roda 2 dan 40 persen roda 4). Tingginya petumbuhan itu berimbas pada tingginya tingkat kemacetan di Samarinda. Padahal, bila dikelola dengan baik sedikitnya ada 67 titik potensial parkir yang ada di Samarinda dengan potensi mencapai Rp 10 miliar pertahunnya. Hal itu terungkap dalam diskusi Tematik dengan tema "Rekayasa Penataan Parkir Dalam Rangka Mengurai Kemacetan dan Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Samarinda" di Rosty Bakery & Resto, Jl Juanda, Samarinda, Jumat (15/3/2013) lalu.
Pertumbuhan kendaraan bermotor di Kota Samarinda pada tahun 2010 sebesar 54.573 unit (46.129 unit roda 2 dan 8.444 roda 4). Jumlah tersebut meningkat tajam dibanding tahun 2009 yang jumlahnya hanya mencapai 48.668 unit. Sementara pada kurun waktu Januari hingga April 2011, jumlah kendaraan baru sudah mencapai 13.196 unit, terdiri dari 10.686 unit kendaraan roda 2 dan 2.483 unit roda 4.
Dalam diskusi tersebut juga terungkap beberapa permasalahan terkait parkir di Samarinda. Diantaranya, belum optimalnya penyediaan dan penataan kawasan parkir secara terpadu sehingga menganggu kelancaran arus kendaraan dan ketertiban umum. Adanya disparitas antara target penerimaan dengan realisasi penerimaan dari retribusi parkir.
Masalah ini sebenarnya bila dilihat dari sisi lingkungan tidak hanya menyebabkan kemacetan lalulintas namun juga penurunan kualitas udara khususnya di daerah padat kendaran.


















BAB III
3.1 Pembahasan


Dampak Perkembangan Industri dan Transportasi kota terhadap Pencemaran Udara di Kota Samarinda
Pencemaran Udara

Udara yang kita hirup 99% terdiri dari gas nitrogen dan oksigen, selebihnya adalah bahan cairan dan bahan padat halus. Udara bumi terletak dalam trosposhere setebal 17 kilometer dari permukaan bumi dan memberi udara kehidupan pada manusia. Troposhere ini juga mampu menyerap bahan pencemar alami seperti gas letusan gunung, atau bahan cemar buatan manusia (antropogemik).
Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan pencemaran udara, yaitu masuknya zat pencemar kedalam udara. Masuknya zat pencemar ke dalam udara dapat secara alamiah, misalnya asap kebakaran hutan, gunung berapi, debu meteorit dan pancaran garam dari laut, juga sebagian besar disebabkan oleh kegiatan manusia misalnya akibat transportasi, industri, pembuangan sampah,baik akibat proses dekomposisi ataupun pembakaran serta kegiatan rumah tangga.


Menjadikan Kota Tepian menjadi layak huni, tentu menjadi harapan semua warga. Namun, apa yang terjadi jika Samarinda “tiba-tiba” berpeluang mendapat Adipura, sementara fakta di lapangan belum menggambarkan tekat kuat pemerintah dan masyarakat meraih lambang supremasi tertinggi di bidang kebersihan tersebut. .Jika menilik hal seperti penataan ruang, lingkungan hidup, dan ruang terbuka hijau (RTH),  kota ini belum pantas mendapatkan penghargaan itu. Dalam konteks itu, jelas tidak layak. Semua juga mengetahui, persoalan lingkungan dan sumber daya kota ini. Belum lagi berbicara  banjir dan kekumuhan ibu kota Kaltim ini.

Dibanding belasan tahun sebelumnya, perkembangan Samarinda memang cukup pesat. Kalau di awal tahun 90-an mungkin hanya satu mal yang ada di kota ini, namun sejak 5 tahun terakhir tak kurang sudah lebih lima mal yang ada di Samarinda. Dengan lokasi strategis yang disebut sebagai segi tiga emas di Kaltim, keberadaan Samarinda memang paling layak diperhitungkan. Berbagai investasi masuk dengan mudahnya ke daerah ini. Tak hanya dari sektor jasa yang menjadi visi-misi kota ini, tapi juga di sektor industri. Perkembangan investasi sektor industri dan jasa di kota ini bersaing ketat.


Dengan masuknya berbagai investasi tersebut memungkinkan terciptanya banyak peluang kerja. Alhasil, Samarinda semakin layak untuk ditinggali. Belum lagi keberadaan universitas negeri satu-satunya di Kaltim juga ada di Samarinda. Jadilah, Samarinda semakin sesak. Penduduknya mengalami lonjakan signifikan dibanding lima tahun lalu. Indikator kepadatan penduduk mungkin bisa dilihat dari banyaknya titik macet. Hampir tidak ada lagi ruas jalan di Samarinda yang bebas macet. Sebagaimana kota metropolis lainnya, macet sudah menjadi momok menakutkan bagi warga Samarinda. Ini karena laju penduduk Samarinda juga diikuti dengan peningkatan jumlah kendaraan
 

Dr. Ir Moestikahadi Soedomo, MSc. DEA dalam Kumpulan karya ilmiah mengenai pencemaran udara  menjelaskan bahwa pencemaran udara dipengaruhi oleh :
1.      Sumber pencemaran berupa kejadian alam dan kegiatan manusia (antropogenik) seperti transportasi, industri, energi dan lain-lain.
2.      Rotasi aliran udara yang dapat membawa bahan kimia udara dari satu ketempat ke tempat lain.
3.      Keadaan meteorologi, seperti kecepatan arah angin, kelembaban udara, tekanan udara, segi permukaan daratan, seperti topografi, morfologi dan sebagainya
Di Samarinda sendiri pembangunan fisik kota berdirinya pusat industri serta melonjatknya penggunaan kendaraan bermotor yang dapat kita amati dengan semakin padatnya jalan-jalan di Ibu kota Kalimantan Timur ini, pertumbuhan pesat dunia industri membawa dampak positif antara lain mendatangkan devisa bagi negara, transfer teknologi dan membuka lapangan kerja. Namun sektor industri juga mengusung dalam berdirinya damak negatif yang patut diwaspadai, berupa limbah dan pencemaran udara yang bila tidak dikelola dengan baik akan mengganggu keseimbangan lingkungan
Daerah perkotaan merupakan salah satu sumber pencemaran udara utama ditambah lagi dengan pertambangan batu bara yang kian marak menyumbang pencemaran udara, setiap pencemaran yang diemisikan akan tersebar didalam atmosfer, melalui suatu proses dispersi, difusi, transformasi kimiawi dan pengenceran yang kompleks. Di Samping itu, akibat pergerakan dan dinamika atmosfer sendiri, pencemaran yang masuk di atmosfer dan telah mengalami proses-proses tadi, akan berpidah titik asala sumbernya ke arah atau kawasan lain di sebelah hilir, sesuai dengan arah angin dan kecepatan angin dominan yang berlaku

Menurug G. Tyler Miller JR. Dalam bukunya “Living in the Environment”, Wadwsworth, Inc 1992, dari ratusan bahan cemar udara dalam troposphere terdapat sembilan kelompok bahan cemar penting yakni:
1.      Karbon oksida, teridi atas karbon mono-oksida (CO) dan karbon-dioksida (CO2);
2.      Sulfur oksida terdiri atas sulfur dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO2);
3.      Nitrogen oksida, terdiri atas nitric oksida (NO), nitrogen dioksida (NO2) dan nitros oksida(N2O);
4.      Voltalile Organic Compounds (VOCs) seperti Metane (CH4), Benzene (C6H6), formaldehyde (CH20) Cholofluorocarbons (CFCs) dan halon bermuatan bromine;
5.      Suspended Particular Matter, butir butir partikulat seperti debu, karbon, asbestos, tembaga, arsenic, cadium, nitrat (NO3) dan butir butir cairan kimia seperti sulfuric acid (H2SO4), minyak PCBs, dioxins dan berbagai pestisida;
6.      Photochemical oxidant, seperti ozone (O3 ) peroxyacyl nitrates, hydrogen peroxide begitu pula fomaldehyde (CH20) yang terbentuk dalam atmosfir sebagai reaksi bahan kimia yang dipicu sinar matahari.
7.      Bahan radioaktif seperti radon-222, iodine-131, strontium-90, plutonium-239 dan radiosotopes yang masuk atmosfir segabagai gas atau bahan pertikulat.
8.      Panas yang dihasilkan oleh pembakaran minyak bumi yang serupa;
9.      Kebisingan yang dihasilkan kendaraan bermotor, pesawat terbang, kereta api bunyi mesin dan yang serupa;

Bahan pencemar udara dapat dibedakan antara yang primer, yakni langsung masuk udara akibat kejadian alami, seperti zat partikulat dari gunung yang meletus, dan pencemaran akibat kegiatan manusia, dan yang sekunder, seperti sulfur acid yang terbentuk diudara akibat reaksi kimia dengan bahan cemar primer dan komponen udara lainnya.

Dampak pencemaran udara
Pencemaran udara pada dasarnya berbentuk partikel (debu, aerosol, timah hitam) dan gas (CO, NOx, Sox, H2S, Hidro karbon). Udara yang tercemar dengan partikel dan gas ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang berbeda tingakatan dan jenisnya, tergantung  dari macam, ukuran dan komposisi kimiawintya. Gangguan tersebut terutama terjadi pada fungsi faal dari organ tubuh seperti paru-paru dan pembuluh darah, atau menyebabkan iritasi pada mata dan kulit.
Pencemaran udara karena partikel debu biasanya menyebabkan penyakit pernapasan kronis seperti bronchitis khronis, emfiesma paru, asma bronchial bahkan kanker paru.
Sedangkan bahan pencemar gas terlarut dalam udara dapat langsung masuk kedalam tubuh sampai ke paru-paru yang pada akhirnya diserap oleh sistem pembuluh darah.
Kadar timah (Pb) yang tinggi di udara dapat mengganggu pembentukan sel darah merah. Gejala dini mulai ditunjukan dengan terganggunya fungsi enzim untuk pembentukan sel darah merah, yang pada akhirnya dapat menyebabkan gangguan kesehatan lainnya seperti anemia, kerusakan ginja dan lain lain. Sedangkan keracunan Pb bersifat akumulatif.
Keracunan Gas CO timbul sebagai akibat terbentuknya karboksihemoglobin (COHb) dalam darah. Afnitas CO yang lebih besar dibandingkan Oksigen (O2) terhadap Hb menyebabkan fungsi Hb untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh menjadi terganggu. Berkurangnya penyediaan oksigen keseluruh tubuh ini akan membuat sesak nafas dan dapat menyebabkan kematian, apabila tidak segera mendapatkan udara segar kembali. Sedangkan bahan pencemar udara seperti SOx, Nox, H2S dapat merangsang saluran pernapasan yang mengakibatkan iritasi dan peradangan.

Dampak pencemaran udara, khusunya yang berhubungan dengan dampak-dampak sosial dan ketidak nyamanan terhadap penuduk, sebelumya telah banyak diamati diberbagai kota besar lainnya di Indonesia, namun demikian dampak tersebut belum di kuantifikasikan secara ilmiah dalam hal besaran tingkat pencemaran yang terjadi. Kurangnya informasi dan fasilitias penghitungan merupakan salah satu sebab terjadinya hal tersebut. Dampak-dampak terhadap kesehatan dan material akibat pencemaran udara juga masih dirasakan sangat sediti informasinya, sehingga sukar untuk dijadikan sebagai indikator pencemaran udara yang baik.
Studi-studi yang lebih mendalam sangat diperlukan, sehingga dengan menggunakan data yang lebih baik tepat mengenai tingkat pencemaran udara yang ada di kota Samarinda.
Pencemaran yang diemisikan dari setiap sumber yang ada akan tersebar di dalam atmosfer, melalio suatu proses dispersi , difusi, transformasi kimiawi dan pencenceran yang kompleks. Di samping itu, akibat pergerakan dan dinamika atmosfer sendiri, pencemaran yang masuk kedalam atmosfer dan elah mengalami proses-proses tadi akan dapat berpindah dari titik asal sumbernya ke arah atau kawasan lain di sebelah hilir, sesuai dengan arah dan kecepatan angin dominan yang berlaku.
Dalam konteks pembahasan yang umum, pergerakan (transport) pencemar udara di dalam amosfer akan terjadi dalam tiga dimensi, baik horizontal maupun transversal, sesuai dengan arah angin (adveksi), maupun vertikal, ke lapisan atas atmosfer bumi,
Adalah suatu kenyataan, bahwa fenomena-fenomena pencemar udara yang telah kita kenal, pada dasarnya disebabkan oleh akivitas antropogenik, khusunya di daerah-daerah perkotaan  yang telah berkembang dan bukan oleh sumber dan aktivitas alami.
Kronologis fenomena pencemaran udara yang ada, menunjujan adanya kaitan yang erat antara aktivitas manusia (antropogenik) yang semakin berkembang dari waktu ke waktu.



Peningkatan Jumlah penduduk dan kendaraan sebagai penyebab polusi udara di Samarinda
Di Provinsi Kaltim yang berpenduduk 3,5 juta jiwa, memiliki kendaraan bermotor 1,4 juta unit, inilah yangmenyebabkan seringnya terjadi kemacetan lalu lintas terutama di Kota Samarinda yang disebabkan letak geoffrafis Samarinda sebagai kota penghubung di dengan bergabai kota kabupaten lainnya.
Kepala Bidang Integrasi, Pengolahan dan Desiminasi Statistik (IPDS)- Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, Achmad Zaini di Samarinda, mengatakan setiap tahun jumlah kendaraan bertambah banyak namun panjang jalan hanya bertambah sedikit sehingga kemacetan terus terjadi. 
Pada jalan provinsi (jalan negara) misalnya, lanjut Zaini, sejak 2004 hingga 2009 berdasarkan data yang dia kumpulkan dari Dinas Pekerjaan Umum dan Kimpraswil Kaltim, tidak ada perubahan, yakni masih tetap sepanjang 1.762,07 km.
     
Sedangkan total jalan kabupaten dan kota di seluruh Kaltim terjadi perubahan tipis, yakni dari sepanjang 5.283, 04 km pada 2007, bertambah tipis menjadi sepanjang 5.702,04 pada 2008, dan pada 2009 terjadi penambahan jalan agak lumayan yang menjadi sepanjang 8.116,13 km.Sementara itu dari tahun ke tahun jumlah kendaraan yang harus menggunakan jalan yang ada selalubertambah, pada 2007 misalnya, kendaran bermotor yang beroperasi di Kaltim hanya berjumlah1.080.905, namun pada 2009 naik menjadi 1.404.472 kendaraan baik roda dua maupun roda empat.
Dari jumlah 1,4 juta kendaraan tersebut, kendaraan yang beroperasi terbanyak adalah di Kota Samarinda yang mencapai 402.817 unit, sementara panjang jalan milik Samarinda hanya 536,42 km,sehingga di lokasi dan saat-saat tertentu terjadi kemacetan panjang.
Sejumlah jalan di Samarinda yang sering macet pada jam-jam tertentu itu antara lain, Jl RE Martadinat-Slamet Riyadi hingga Jembatan Mahakam, kemudian di sekitar Pasar Pagi, Pasar Sungai Dama, Jl.Basuki Rahmat, dan hampir semua jalan yang berada di tengah kota. Jumlah kendaraan terbanyak kedua adalah di Kota Balikpapan yang mencapai 324.636 unit, sementara panjang jalan yang dimiliki sepanjang 418,43 km. Kemacetan di kota minyak ini tidak begitu terjadi meski tingkat kepadatan kendaraannya hampir sama dengan Samarinda, pasalnya di Balikpapan lebih rapi dalam pengaturan jalan dan lalu lintasnya.  hal inilah yang patut menjadi perhatian di kota tepian ini, dimana selain masalah macet yang tak kunjung selesai turut juga menyumbang polusi udara di Kota Samarinda

Kandungan Logam Berat Dalam Tanah dan Di Udara
Gambaran kronologis seperti yang diuraikan berikut ini, setidak tidaknya memberikan kesan adanya keterkaitan yang erat tesebut, Kabut London, teramati setelah Revolusi Industri pada abad ke-18 setelah diperkenalkannya bahan bakar fosil (batu bara) penggerak mesin uap yang ekstensif. Fenomena ini memuncak pada akhir abad ke-19. Smog Fotokimia Los Angeles, yang semula diperkirakan sama dengan kabut london, pada dasarnya adalah suatu pencemaran udara dalam bentuk dan skala yang lain, yang lain, yang merupakan manifestasi proses dinamika dan kinetika atmosfer yang lebih kompleks akibat unsur-unsur pencemar udara yang terkandung dalam gas buang kendaraan bermotor, pengaruh pencemaran jenis ini mulai dirasakan pada tahun 1942, bersamaan dengan meluasnya penggunaan dan jumlah kendaraan bermotor.
Pengenalannya terhadap fenomena yang sebenarnya berlangsung, baru dapat diungkapkan pada tahun 1950-an oleh Hagen Smitt dan Leighton (1951), Hujan Asam, yang terjadi secara luas di daratan Amerika Uatara dan Eropa Barat, adlaah merupakan fenomena pencemar udara yang berskala spasial dan temporal.
Akumulasi gas rumah kaca, juga masih disebabkan oleh pmbakaran bahan bakar fosil, namun dalam skala spasial dan temporal yang lebih besar (Skala Global) dari tiga fenomena yang terdahulu. Fenomena ini sebenarnya merupakan suatu fenomena yang erat hubungannya dengan pembentukan kehidupan biologis di bumi, ribuan tahun yang lalu. Kontribusi yang diberikan oleh aktivitas antropogenik dalam fenomena ini baru dapat diungkap pada tahun 1980-an, dengan perkembangan ilmu kimia atmosfer dan semakin luasnya penelitian ekobiologi. Pengaruh yang ditimbulan jenis pencemaran udara ini jelas akan berskala global, terutama bila dikatikan dengan pemanasan bumi (global warmiing).

Aspek meteorologis pencemaran udara perkotaan pedesaan
Pola Penyebaran pencemara udara perkotaan memiliki suatu karakteristik tersendiri yang timbul akibat sifat orografisnya. Perubahan-perubahan dalam parameter-parameter meteorologis akan membawa pengaruh yang besar dalam pencemaran dan difusi pencemar udara yang diemisikan, baik terhadap kota Samarinda secara lokal, maupun terhadap pedeseaan disekitarnya dalam skala regional, bahasan selanjutnya akan membahas lapisan trosposfer.

Perubahan klimatologis daerah perkotaan
Aktivitas perkotaan telah pula  terbukti membawa perubahan-perubahan terhadap faktor-faktor meteorologi lokal. Dengan demikian dapat pla diramalkan di Samarinda pola pencemaran udara yang diemisikan perkotaan juga akan mengalami perubahan evolusif yang berarti.
Berapa faktor meteoroligis telah terbukti mengalami perubahan akibat tumbuh dan berkembangnya  aktivitas perkotaan di kota Samarinda. Fenomena mentereologis dalam skala lokal dan regional, yang dikenal sebagai sirkulasi udara perkotaan-pedesaan timbul akibat perubahan meterologis berikut ini.
1.      Temperatur
Perubahan terhadap keseimbangan pemansan merupan pengaruh meteorologi utama yang ditimbulkan oleh aktivitas perkotaan.  Perubahan temperatur dapat terjadi akibat :

a.      Perubahan karakteristik pemanasan pada permukaan
Semakin banyaknya dinding bangunan yang tegak lurus didaerah di sebuah kota akan mengubah keseimbangan pemanasan secara berarti pada siang hari, gelombang sinar matahari yang ada akan mengalami pemantulan berulang kali oleh permukaan tanah dan dinding-dinding tinggi, hingga gelombang sinar yang dapat terlepas langsung ke atmosfer berkurang, bila dibandingkan dengan daerah pedesaan yang relatif terbuka. Panas yang datang dan menyentuh dinding juga akan tertahan dan tersimpan dalam waktu yang relatif lama. Pada malam hari, pelepasan panas yang tertahan siang hari akan meningkatkan temperatur minimum. Hal ini terutama terutama berlangsung selama musim panas atau di perkotaan daerah tropis.

b.      Perubahan penyinaran
Telah banyak diamati, bahwa unsur-unsur pencemar udara diperkotaan (aerosol, debu, oksidian) dapat mengurangi intensitas sinar matahari yang datang antara 20% dan 30%. Ini menyebabkan naiknya temperatur minimum, meskipun temperatur maksimum akan menurun dalam musim dingin.

2.      Urban Heat Island
Akumulasi panas di kota Samarinda pada siang hari akan menyebabkan keseimbangan radiatif pada malam hari yang berbeda dengan daerah pedesaan yang menyimpan lebih sedikit panas pada siang hari. Akan terjadilah karenanya, suatu gumpalan panas di daerah Samarinda yang isotermalnya biasanya terletak di daerah pusat kota. Intensitas gumpalan panas ini akan bergantung pada :
·         Kecepatan angin kritis di atas gumpalan panas
·         Awan dan presipitasi
·         Lapisan pencampuran (Mixing Layer)

3.      Kecepatan Angin
Kecepatan angin di daerah perkotaan akan cenderung, akibat semakin besarnya gesekan yang timbul pada aliran udara kecuali percepatan lokal yang dapat timbul akibat efek venturi, jet, dan sebagainya di sela-sela dinding yang tinggi
Hal hal ini lah yang menjadi pembahasan yang selanjunya akan dijabarkan solusi untuk menanggulangi berbagai hal-hal buruk yang terjadi akibat pencemaran udara di kota Samarinda.
BAB IV
4.1 KESIMPULAN

Aktivitas kota Besar di Indonesia, khusunya Samarinda, memiliki potensi yang sangat besar dalam penurunan kualitas udara. Hal ini terutama disebabkan oleh aktivitas transportasi dan aktivitas industri meski sebagian hanya memberikan kasus pencemaran lokal di beberapa wilayah  sesuai dengan peruntukan daerahnya. Pemukiman dan pengelolaan sampah padat hanya memberi kontribysi pencemaran yang relatif rendah.
Sektor transportasi merupakan sumber dominan bagi seluruh jenis pencemar udara, baik gas maupun partikulat. Selain itu dapat disimpulkan juga bahwa tingkat pencemaran tertinggi di kota Samarinda terletak pada daerah- daerah pusat kota terutama wilayah yang padat kendaraaan.

Polusi udara ini disebabkan meningkatnya pertumbuhan jumlah kendaraan yang tidak diimbangi dengan lebar dan panjang jalan. Karenanya, uji emisi ini dapat mendukung pengurangan polusi. Misalnya dengan mengukur gas buang kendaraan roda empat, mendeteksi kinerja mesin kendaraan berbahan bakar solar dan bensin sebagai upaya mengetahui potensi pencemaran udara.

4.2 Saran dan Rekomendasi
Pengendalian pencemaran akibat kendaraan bermotor akan mencakup upaya-upaya pengendalian, baik langsung maupun tak langsung, yang dapat menurunkan tingkat emisi pencemar udara dari kendaraan bermotor secara efektif dalam metode ini, terdapat dua pendekatan strategis yang dapat dilakukan :
1.      Penurunan laju emisi pencemar dari setiap kendaraan untuk setiap kilometer jalan yang ditempuh, atau
2.      Punuruan jumlah total kendaraan/kilometer

Tabel dibawah memperlihatkan kemungkinan usaha pengendalian dapat diterapkan dalam kebijakan pengendalian pencemaran udara yang mempunyai spektrum yang lebar, meskipun tidak mencakup semua kemungkinan yang ada.





Upaya penurunan laju tingkat emisi
Upaya penurunan trip kendaraan kilometer (TKK)
Baku emisi kendaraan bermotor

Peralatan retrofit
-          Katalisator Oksidasi
-          Modifikasi mesin

Inspeksi dan pemeliharaan Konversi BBGas

Perbaikan aliran lalulintas
-          Perencenanaan jalan raya dan pertukaran yang baik jalan searah, jalan putaran, atau alternartif Peraturan bongkar mut Waktu kerja
Pembatasaan lalulinstas
-          Penutupan jalan

Daerah bebas lalulintas kendaraan bermotor
-          Pembatasan lalulinas sebagian
-          Zona pencapian terbatas
-          Pembataan pemberhatian
Pencatuan BBM
Pengaturan pembatasan lalulintas
-          Larangan parkir
Pengaturan parkir
-          Tarif parkir tinggi
-          Kenaikan pajak bbm
-          Kenaikan tarif pendaftaran
-          Jalur sepeda dan taksi khusus
Pengurangan volume lalulintas
-          Jalan pintas/bypass
-          Pengendalian pengembangan kota
Perbaikan angkutan umum (mass-transit)
-          Membuat sarana angkutan umum yang lebih memadai
-          Penurunan tarif angkutan bus

Pemilihan strategi yang terbaik diperlukan bagi kota ini sehingga dampak ekonomi dan sosial yang akan timbuk adalah sekecil mungkin.
Dalam saran dan rekomendasi ini, usulan kebijakn yang perlu diempuh akan didasarkan pada analisis kualitas udara yang telah dilakukan  dimana penekanannya lebih diarahkan dalam pengendalian sumbernya.

Analisis dan Usulan kebijakan pengendalian pencemaran udara
Intesitas pencemaran udara yang ditimbukan kegiatan-kegiatan perkotaan mempunyai kecenderungan yang meningkat dengan berkembangnya kota. Bahasan ini dilakukan untuk mengetahui secara mendalam  karakteristik sumber-sumber utama penyebab menurunya kualitas udara di wilayah Samarinda serta untuk  mengetahui pilihan kebijakan dalam penanggualangan. Intnsitas emisi pencemar udara di kota Samarinda dapat dihitung dengan dua metoda, yaitu :
1.      Estimasi secara empiris
2.      Estimasi secara penilaian cepat berdasarkan petunjuk WHO
Selanjutnya dilakukan pemodelan dispersi pencemar udara berskala meso (regional) untuk mengetahui penyebaran pencemar udara dan tingakat konsentrasi atmosferik yang akan terjadi. Model Kotak Eulerian. Yang memerlukan data intensitas emisi pencemar udara dan meteorologi sebgai sistem masukannya.
Alternatif kebijakan dan strategi yang dianalisis melalui prediksi emisi dan konsentrasi pencemaran meliputi strategi tanpa pengendalian, metoda inspeksi gas buang, dan pemasangan konverter katalik.
Penurunan efisiensi lainnya dapat dilakukan dengan
a.      Mensyaratkan pemasangan peralatan retrofit pada kendaraan lama dan kendaraan produksi baru
b.      Membatasi umur kendaraan bermotor
Serta dibutuhkannya penerapan pengelolaan lalulintas dan perbaikannya, perencanaan sarana tnrasportasi serta subtitusi energi bahan bakar, tingkat pencemaran yang ditimbulkan akan dapat berkurang.
a.      Penngelolaan lalulintas akan :
1.      Mengurangi Kongesti
2.      Menambah kecepaan rata-rata tempuhh,
3.      Menaikan efisiensi konsumsi bahan bakar.
b.      Perbaikan sistem dan perencanaan transportasi memungkinkan perubahan modal split, sehingga kendaraan penumpang akan mungkin menurun laju pertambahannya karena saranan kemudahan pengangkutan umum tersedia. Penambahan saran transportasi, seperti jalan pintas, arteri dst-nya yang memungkinkan hal ini dapat menyebabkan hal-hal sebagai berikut :
1.      Menurunya waktu tempuh (kecepatan rata-rata meningkat)
2.      Menurunya volume kendaraan dalam penggal jalan
c.       Subtitusi bahan bakar, dengan menggunakan bahan bakar yang lebih bersih, atau lebih efisien, misalnya gas alam, dst-nya.
d.      Perbaikan tekhnologi mesin penggerak atau penerapan tekhnologi baru yang lebih bersih, yang memungkinkan proses pembakaran yang lebih sempurna dan efisien.
Disamping itu Penerapan kebijakan perlu mempertimbangkan jangka waktu tujuannya dan pentahapan yang diperlukan agar usaha yang tersebut berfungsi optimal. Perenceanaan jangka pendek dan panjang akan mungkin memberikan hasil yang paling optimal. Dalam hal ini usaha pengendalian yang diterapkan haruslah berfifat menyeluruh, tidak saja tertuju pada teknlogi retrift (pada sumber) tetapi juga usaha lain melalui pengelolaan dan perencanaan sistem transportasi dan lalulinas, yang dapat memberikan keuntungan ekonomis yang lebih baik.


Diharapkan pemangku kepentingan bertindak lebih aktif dan bijak dalam penyusunan berbagai kebijakan dan peraturan, termasuk pengendalian pencemaran udara di perkotaan. Misalnya seperti komitmen untuk pemakaian bensin tanpa timbal, memberikan sanksi tegas kepada pengendara yang melanggar atau menimbulkan polusi udara di atas batas mutu emisi (BME) yang ditetapkan dan peran aktif berkomitmen dari seluruh industri  maupun masyarakat Samarinda agar lebih peduli terhadap lingkungan dalam menggunakan mesin operasional,  kendaraan, dan hal-hal lain yang berpotensi menimbulkan pencemaran udara dengan lebih bijak .
Diperlukan Usaha pengendalian yang menyeluruh yang meliputi perbaikan sistem transportasi dan perencanaanya serta dibutuhkannya teknlogi permesinan yang lebih ramah energi serta peninjauan kembali pada industri industri di sekitar kota Samarinda.
























Daftar Pustaka

Hamid, Hamrat, 2007. Pengawasan industri dalam pengendalian pencemaran lingkungan .
Soedomo M., Irstad M, 1992. Pemantauan Kualitas udara ambien di Kota Jakarta dan Bandung.
Soedomo M., Usman K, Djajadiningrat S T,. Darwin, 1990. Model Pendekatan dalam Analisis Kebijakan Pengendalian Pencemaran Udara, Studi Kasus di Jakarta, Bandung dan Surabaya, Penelitian KLJ – Jurusan Teknik Lingkungan ITB.
Widowati, Wahyu, 2008. Efek Toksik Logam.
Oktora, Bunga, 2008. Hubungan antara kualitas udara dan ....



1 komentar:

  1. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

    Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

    Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

    Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

    Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

    BalasHapus