Tugas Mata Kuliah Ilmu Kealam Dasar
Dengan
masuknya berbagai investasi tersebut memungkinkan terciptanya banyak peluang
kerja. Alhasil, Samarinda semakin layak untuk ditinggali. Belum lagi keberadaan
universitas negeri satu-satunya di Kaltim juga ada di Samarinda. Jadilah,
Samarinda semakin sesak. Penduduknya mengalami lonjakan signifikan dibanding
lima tahun lalu. Indikator kepadatan penduduk mungkin bisa dilihat dari
banyaknya titik macet. Hampir tidak ada lagi ruas jalan di Samarinda yang bebas
macet. Sebagaimana kota metropolis lainnya, macet sudah menjadi momok
menakutkan bagi warga Samarinda. Ini karena laju penduduk Samarinda juga
diikuti dengan peningkatan jumlah kendaraan
Dr. Ir Moestikahadi Soedomo, MSc. DEA dalam Kumpulan karya ilmiah mengenai pencemaran udara menjelaskan bahwa pencemaran udara dipengaruhi oleh :
Di
Provinsi Kaltim yang berpenduduk 3,5 juta jiwa, memiliki kendaraan bermotor 1,4
juta unit, inilah yangmenyebabkan seringnya terjadi kemacetan lalu lintas
terutama di Kota Samarinda yang disebabkan letak geoffrafis Samarinda sebagai
kota penghubung di dengan bergabai kota kabupaten lainnya.
Analisis dan Usulan kebijakan pengendalian pencemaran udara
Disamping itu Penerapan kebijakan perlu
mempertimbangkan jangka waktu tujuannya dan pentahapan yang diperlukan agar
usaha yang tersebut berfungsi optimal. Perenceanaan jangka pendek dan panjang
akan mungkin memberikan hasil yang paling optimal. Dalam hal ini usaha
pengendalian yang diterapkan haruslah berfifat menyeluruh, tidak saja tertuju pada
teknlogi retrift (pada sumber) tetapi juga usaha lain melalui pengelolaan dan
perencanaan sistem transportasi dan lalulinas, yang dapat memberikan keuntungan
ekonomis yang lebih baik.
Daftar Pustaka
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan pencemaran udara, yaitu
masuknya zat pencemar kedalam udara. Masuknya zat pencemar ke dalam udara dapat
secara alamiah, misalnya asap kebakaran hutan, gunung berapi, debu meteorit dan
pancaran garam dari laut, juga sebagian besar disebabkan oleh kegiatan manusia
misalnya akibat transportasi, industri, pembuangan sampah,baik akibat proses
dekomposisi ataupun pembakaran serta kegiatan rumah tangga.
Di Samarinda sendiri pembangunan fisik kota berdirinya pusat industri serta
melonjatknya penggunaan kendaraan bermotor yang dapat kita amati dengan semakin
padatnya jalan-jalan di Ibu kota Kalimantan Timur ini, pertumbuhan pesat dunia
industri membawa dampak positif antara lain mendatangkan devisa bagi negara,
transfer teknologi dan membuka lapangan kerja. Namun sektor industri juga
mengusung dalam berdirinya damak negatif yang patut diwaspadai, berupa limbah
dan pencemaran udara yang bila tidak dikelola dengan baik akan mengganggu
keseimbangan lingkungan.
Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan pencemaran udara, yaitu masuknya zat pencemar kedalam udara. Masuknya zat pencemar ke dalam udara dapat secara alamiah, misalnya asap kebakaran hutan, gunung berapi, debu meteorit dan pancaran garam dari laut, juga sebagian besar disebabkan oleh kegiatan manusia misalnya akibat transportasi, industri, pembuangan sampah,baik akibat proses dekomposisi ataupun pembakaran serta kegiatan rumah tangga.
Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan pencemaran udara, yaitu masuknya zat pencemar kedalam udara. Masuknya zat pencemar ke dalam udara dapat secara alamiah, misalnya asap kebakaran hutan, gunung berapi, debu meteorit dan pancaran garam dari laut, juga sebagian besar disebabkan oleh kegiatan manusia misalnya akibat transportasi, industri, pembuangan sampah,baik akibat proses dekomposisi ataupun pembakaran serta kegiatan rumah tangga.
Judul makalah ini sengaja dipilih
karena menarik perhatian penulis untuk dicermati dan perlu mendapat dukungan
dari semua pihak yang peduli terhadap semakin buruknya kualitas udara di kota
kita ini.
BAB II
2.1 Telah Pustaka
Masalah pencemaran udara memang
sudah seharusnya mendapat perhatian lebih ini telah banyak ditulis dalam
berbagai buku maupun artikel-artikel, beberapa telaah pustakanya sebagai
berikut
Menurut Chambers (1976) dan
Masters (1991), yang dimaksud dengan pencemaran udara adalah bertambahnya bahan
atau subrat fisik kmia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai jumlah
tertentu sehingga dapat dideteksi oleh manusia (atau dapt dihitung dan diukur
serta dapat memberikan efek pada manusia, binatang,vegetasi, dan Material
(Mukono, 2000)
Menurut (Fardiaz, 1992) Udara
adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi dan
komponen campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Udara juga merupakan atmosfer yang berada di
sekeliling bumi yang fungsinya sangat penting bagi kehidupan manusia di dunia
ini. Dalam udara terdapat oksigen untuk bernafas, karbondioksida untuk proses
fotosintesis oleh klorofil daun dan ozon untuk menahan sinar ultraviolet
Menurut
”The Engineers” Joint Council in Air Polution and Its Control, yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia, bahwa pencemaran udara diartikan
hadirnya satu atau beberapa kontaminan di dalam udara atmosfer di luar,
antara lain oleh debu, busa, gas, kabut, bau–bauan, asap atau uap dalam
kuantitas yang banyak, dengan berbagai
sifat maupun lama berlangsungnya di udara tersebut, hingga menimbulkan gangguan terhadap kehidupan
manusia, tumbuh–tumbuhan atau binatang
maupun benda, atau tanpa alasan jelas sudah dapat mempengaruhi kelestarian
organisme maupun benda.
Menurut Peraturan Pemerintah RI
No.41 tahun 1999, pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat,
energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia,
sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.
umber bahan pencemar dapat menjadi dua golongan besar, yaitu:
umber bahan pencemar dapat menjadi dua golongan besar, yaitu:
1.
Sumber alamiah
Beberapa kegiatan alam bisa menyebabkan pencemaran udara seperti kegiatan
gunung berapi, kebakaran hutan, petir, kegiatan mikroorganisme dan lain–lain.
Bahan pencemar yang dihasilkan umumnya asap, debu, grit dan gas–gas ( CO dan
NO).
2.
Sumber buatan manusia
Kegiatan manusia yang menghasilkan bahan pencemar bermacam–macam, antara
lain adalah :
a.
Pembakaran, Misalnya pembakaran sampah,
pembakaran pada kegiatan rumah tangga, industri, kendaraan bermotor yang
menghasilkan asap, debu, pasir dan gas.
b.
Proses peleburan, seperti peleburan
baja, pembuatan keramik, soda, semen dan aspal yang menghasilkan debu, asap dan
gas.
c.
Pertambangan dan penggalian, seperti
tambang mineral dan logam. Bahan yang dihasilkan terutama adalah debu.
d.
Proses pengolahan, seperti pada proses pengolahan makanan,
daging, ikan, penyamakan dan pengasapan yang menghasilkan asap, debu dan bau.
Pembuangan limbah, baik limbah industri maupun limbah rumah tangga.
e.
Proses percobaan atom nuklir yang
menghasilkan gas dan debu radioaktif
Polutan Logam Berat di Lingkungan
Penggunaan
logam – logam berat dalam berbagai keperluan sehari-hari berarti telah secara
langsung maupun tidak langsung, atau sengaja maupun tidak sengaja, telah
mencemari lingkungan. Beberapa logam berat tersebut ternyata telah mencemari
lingkungan melebihi batas yang berbahaya bagi kehidupan lingkungann. Logam – logam berat yang berbahaya dan sering
mencemari lingkungan terutama adalah merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As),
kadmium (Cd), Khromium (Cr) dan Nikel (Ni). Logam –
logam tersebut diketahui dapat mengumpul di dalam tubuh suatu organisme,
dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu lama sebagai racun yang
terakumulasi (Fardiaz, 1992). . Pencemaran timbal (Pb) bersumber dari kendaraan
bermotor yang dibubuhkan ke dalam BBM dalam bentuk tetra etil lead (TEL)
sebanyak 0,42 mg/l sejak 1990. Sebelumnya kadar yang dibubuhkan lebih tinggi
lagi. Berbagai penelitian telah dilakukan tentang timbal (Pb) dan korelasi
terhadap kepadatan lalu lintas menghasilkan korelasi yang baik sekali dilihat
dari kepadatan dan jarak. Sebagai contoh di Kota Bandung pernah dilakukan
Pemeriksaan pada humus, akar, batang dan daun teh di daerah Puncak, Bogor dan
Kancabali, Bandung memperlihatkan bahwa permukaan humus mengandung timbal (Pb)
terbesar dan konsentrasinya berkurang dengan kedalaman tanah. Selanjutnya
tinggi konsentrasi secara berurutan didapat pada akar, daun teh dan batang
(Rahardjo, 1995 dalam Soemirat 2005).
Peningkatan jumlah Kendaraan di Kota Samarinda
Mengutip dari Harian Tribunkaltim (2013/03/17) - Berdasarkan catatan Kantor Samsat Samarinda, rata - rata penambahan jumlah kendaraan baru di Samarinda tidak kurang dari 4000 unit perbulan. Jumlah itu dengan perbandingan 60 : 40 (60 persen roda 2 dan 40 persen roda 4). Tingginya petumbuhan itu berimbas pada tingginya tingkat kemacetan di Samarinda. Padahal, bila dikelola dengan baik sedikitnya ada 67 titik potensial parkir yang ada di Samarinda dengan potensi mencapai Rp 10 miliar pertahunnya. Hal itu terungkap dalam diskusi Tematik dengan tema "Rekayasa Penataan Parkir Dalam Rangka Mengurai Kemacetan dan Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Samarinda" di Rosty Bakery & Resto, Jl Juanda, Samarinda, Jumat (15/3/2013) lalu.
Peningkatan jumlah Kendaraan di Kota Samarinda
Mengutip dari Harian Tribunkaltim (2013/03/17) - Berdasarkan catatan Kantor Samsat Samarinda, rata - rata penambahan jumlah kendaraan baru di Samarinda tidak kurang dari 4000 unit perbulan. Jumlah itu dengan perbandingan 60 : 40 (60 persen roda 2 dan 40 persen roda 4). Tingginya petumbuhan itu berimbas pada tingginya tingkat kemacetan di Samarinda. Padahal, bila dikelola dengan baik sedikitnya ada 67 titik potensial parkir yang ada di Samarinda dengan potensi mencapai Rp 10 miliar pertahunnya. Hal itu terungkap dalam diskusi Tematik dengan tema "Rekayasa Penataan Parkir Dalam Rangka Mengurai Kemacetan dan Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Samarinda" di Rosty Bakery & Resto, Jl Juanda, Samarinda, Jumat (15/3/2013) lalu.
Pertumbuhan kendaraan bermotor di
Kota Samarinda pada tahun 2010 sebesar 54.573 unit (46.129 unit roda 2 dan
8.444 roda 4). Jumlah tersebut meningkat tajam dibanding tahun 2009 yang
jumlahnya hanya mencapai 48.668 unit. Sementara pada kurun waktu Januari hingga
April 2011, jumlah kendaraan baru sudah mencapai 13.196 unit, terdiri dari
10.686 unit kendaraan roda 2 dan 2.483 unit roda 4.
Dalam diskusi tersebut juga
terungkap beberapa permasalahan terkait parkir di Samarinda. Diantaranya, belum
optimalnya penyediaan dan penataan kawasan parkir secara terpadu sehingga
menganggu kelancaran arus kendaraan dan ketertiban umum. Adanya disparitas
antara target penerimaan dengan realisasi penerimaan dari retribusi parkir.
Masalah ini sebenarnya bila
dilihat dari sisi lingkungan tidak hanya menyebabkan kemacetan lalulintas namun
juga penurunan kualitas udara khususnya di daerah padat kendaran.
BAB III
3.1 Pembahasan
Dampak Perkembangan Industri
dan Transportasi kota terhadap Pencemaran
Udara di Kota Samarinda
Pencemaran Udara
Udara yang kita hirup 99% terdiri dari gas nitrogen dan
oksigen, selebihnya adalah bahan cairan dan bahan padat halus. Udara bumi
terletak dalam trosposhere setebal 17
kilometer dari permukaan bumi dan memberi udara kehidupan pada manusia.
Troposhere ini juga mampu menyerap bahan pencemar alami seperti gas letusan
gunung, atau bahan cemar buatan manusia (antropogemik).
Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan
pencemaran udara, yaitu masuknya zat pencemar kedalam udara. Masuknya zat
pencemar ke dalam udara dapat secara alamiah, misalnya asap kebakaran hutan,
gunung berapi, debu meteorit dan pancaran garam dari laut, juga sebagian besar
disebabkan oleh kegiatan manusia misalnya akibat transportasi, industri,
pembuangan sampah,baik akibat proses dekomposisi ataupun pembakaran serta
kegiatan rumah tangga.
Menjadikan Kota Tepian menjadi layak huni, tentu menjadi harapan semua warga. Namun, apa yang terjadi jika Samarinda “tiba-tiba” berpeluang mendapat Adipura, sementara fakta di lapangan belum menggambarkan tekat kuat pemerintah dan masyarakat meraih lambang supremasi tertinggi di bidang kebersihan tersebut. .Jika menilik hal seperti penataan ruang, lingkungan hidup, dan ruang terbuka hijau (RTH), kota ini belum pantas mendapatkan penghargaan itu. Dalam konteks itu, jelas tidak layak. Semua juga mengetahui, persoalan lingkungan dan sumber daya kota ini. Belum lagi berbicara banjir dan kekumuhan ibu kota Kaltim ini.
Dibanding belasan tahun sebelumnya, perkembangan Samarinda memang cukup pesat. Kalau di awal tahun 90-an mungkin hanya satu mal yang ada di kota ini, namun sejak 5 tahun terakhir tak kurang sudah lebih lima mal yang ada di Samarinda. Dengan lokasi strategis yang disebut sebagai segi tiga emas di Kaltim, keberadaan Samarinda memang paling layak diperhitungkan. Berbagai investasi masuk dengan mudahnya ke daerah ini. Tak hanya dari sektor jasa yang menjadi visi-misi kota ini, tapi juga di sektor industri. Perkembangan investasi sektor industri dan jasa di kota ini bersaing ketat.
Menjadikan Kota Tepian menjadi layak huni, tentu menjadi harapan semua warga. Namun, apa yang terjadi jika Samarinda “tiba-tiba” berpeluang mendapat Adipura, sementara fakta di lapangan belum menggambarkan tekat kuat pemerintah dan masyarakat meraih lambang supremasi tertinggi di bidang kebersihan tersebut. .Jika menilik hal seperti penataan ruang, lingkungan hidup, dan ruang terbuka hijau (RTH), kota ini belum pantas mendapatkan penghargaan itu. Dalam konteks itu, jelas tidak layak. Semua juga mengetahui, persoalan lingkungan dan sumber daya kota ini. Belum lagi berbicara banjir dan kekumuhan ibu kota Kaltim ini.
Dibanding belasan tahun sebelumnya, perkembangan Samarinda memang cukup pesat. Kalau di awal tahun 90-an mungkin hanya satu mal yang ada di kota ini, namun sejak 5 tahun terakhir tak kurang sudah lebih lima mal yang ada di Samarinda. Dengan lokasi strategis yang disebut sebagai segi tiga emas di Kaltim, keberadaan Samarinda memang paling layak diperhitungkan. Berbagai investasi masuk dengan mudahnya ke daerah ini. Tak hanya dari sektor jasa yang menjadi visi-misi kota ini, tapi juga di sektor industri. Perkembangan investasi sektor industri dan jasa di kota ini bersaing ketat.
Dr. Ir Moestikahadi Soedomo, MSc. DEA dalam Kumpulan karya ilmiah mengenai pencemaran udara menjelaskan bahwa pencemaran udara dipengaruhi oleh :
1.
Sumber pencemaran berupa kejadian alam
dan kegiatan manusia (antropogenik) seperti transportasi, industri, energi dan
lain-lain.
2.
Rotasi aliran udara yang dapat membawa
bahan kimia udara dari satu ketempat ke tempat lain.
3.
Keadaan meteorologi, seperti kecepatan
arah angin, kelembaban udara, tekanan udara, segi permukaan daratan, seperti
topografi, morfologi dan sebagainya
Di Samarinda sendiri pembangunan fisik kota berdirinya
pusat industri serta melonjatknya penggunaan kendaraan bermotor yang dapat kita
amati dengan semakin padatnya jalan-jalan di Ibu kota Kalimantan Timur ini,
pertumbuhan pesat dunia industri membawa dampak positif antara lain
mendatangkan devisa bagi negara, transfer teknologi dan membuka lapangan kerja.
Namun sektor industri juga mengusung dalam berdirinya damak negatif yang patut
diwaspadai, berupa limbah dan pencemaran udara yang bila tidak dikelola dengan
baik akan mengganggu keseimbangan lingkungan
Daerah perkotaan merupakan salah satu sumber pencemaran
udara utama ditambah lagi dengan pertambangan batu bara yang kian marak
menyumbang pencemaran udara, setiap pencemaran yang diemisikan akan tersebar
didalam atmosfer, melalui suatu proses dispersi, difusi, transformasi kimiawi
dan pengenceran yang kompleks. Di Samping itu, akibat pergerakan dan dinamika
atmosfer sendiri, pencemaran yang masuk di atmosfer dan telah mengalami
proses-proses tadi, akan berpidah titik asala sumbernya ke arah atau kawasan
lain di sebelah hilir, sesuai dengan arah angin dan kecepatan angin dominan
yang berlaku
Menurug G. Tyler Miller JR. Dalam bukunya “Living in the
Environment”, Wadwsworth, Inc 1992, dari ratusan bahan cemar udara dalam
troposphere terdapat sembilan kelompok bahan cemar penting yakni:
1.
Karbon oksida, teridi atas karbon
mono-oksida (CO) dan karbon-dioksida (CO2);
2.
Sulfur oksida terdiri atas sulfur
dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO2);
3.
Nitrogen oksida, terdiri atas nitric
oksida (NO), nitrogen dioksida (NO2) dan nitros oksida(N2O);
4.
Voltalile Organic Compounds (VOCs)
seperti Metane (CH4), Benzene (C6H6),
formaldehyde (CH20) Cholofluorocarbons (CFCs) dan halon bermuatan
bromine;
5.
Suspended Particular Matter, butir butir
partikulat seperti debu, karbon, asbestos, tembaga, arsenic, cadium, nitrat (NO3)
dan butir butir cairan kimia seperti sulfuric acid (H2SO4),
minyak PCBs, dioxins dan berbagai pestisida;
6.
Photochemical
oxidant, seperti ozone (O3 ) peroxyacyl nitrates,
hydrogen peroxide begitu pula fomaldehyde (CH20) yang terbentuk
dalam atmosfir sebagai reaksi bahan kimia yang dipicu sinar matahari.
7.
Bahan radioaktif seperti radon-222,
iodine-131, strontium-90, plutonium-239 dan radiosotopes yang masuk atmosfir
segabagai gas atau bahan pertikulat.
8.
Panas yang dihasilkan oleh pembakaran
minyak bumi yang serupa;
9.
Kebisingan yang dihasilkan kendaraan
bermotor, pesawat terbang, kereta api bunyi mesin dan yang serupa;
Bahan pencemar udara dapat dibedakan antara yang primer,
yakni langsung masuk udara akibat kejadian alami, seperti zat partikulat dari
gunung yang meletus, dan pencemaran akibat kegiatan manusia, dan yang sekunder,
seperti sulfur acid yang terbentuk diudara akibat reaksi kimia dengan bahan
cemar primer dan komponen udara lainnya.
Dampak pencemaran udara
Pencemaran udara pada dasarnya berbentuk partikel (debu,
aerosol, timah hitam) dan gas (CO, NOx, Sox, H2S, Hidro karbon).
Udara yang tercemar dengan partikel dan gas ini dapat menyebabkan gangguan
kesehatan yang berbeda tingakatan dan jenisnya, tergantung dari macam, ukuran dan komposisi kimiawintya.
Gangguan tersebut terutama terjadi pada fungsi faal dari organ tubuh seperti
paru-paru dan pembuluh darah, atau menyebabkan iritasi pada mata dan kulit.
Pencemaran udara karena partikel debu biasanya
menyebabkan penyakit pernapasan kronis seperti bronchitis khronis, emfiesma
paru, asma bronchial bahkan kanker paru.
Sedangkan bahan pencemar gas terlarut dalam udara dapat
langsung masuk kedalam tubuh sampai ke paru-paru yang pada akhirnya diserap
oleh sistem pembuluh darah.
Kadar timah (Pb) yang tinggi di udara dapat mengganggu
pembentukan sel darah merah. Gejala dini mulai ditunjukan dengan terganggunya
fungsi enzim untuk pembentukan sel darah merah, yang pada akhirnya dapat
menyebabkan gangguan kesehatan lainnya seperti anemia, kerusakan ginja dan lain
lain. Sedangkan keracunan Pb bersifat akumulatif.
Keracunan Gas CO timbul sebagai akibat terbentuknya
karboksihemoglobin (COHb) dalam darah. Afnitas CO yang lebih besar
dibandingkan Oksigen (O2) terhadap Hb menyebabkan fungsi Hb untuk
membawa oksigen ke seluruh tubuh menjadi terganggu. Berkurangnya penyediaan
oksigen keseluruh tubuh ini akan membuat sesak nafas dan dapat menyebabkan
kematian, apabila tidak segera mendapatkan udara segar kembali. Sedangkan bahan
pencemar udara seperti SOx, Nox, H2S dapat merangsang saluran pernapasan
yang mengakibatkan iritasi dan peradangan.
Dampak pencemaran udara, khusunya yang berhubungan dengan
dampak-dampak sosial dan ketidak nyamanan terhadap penuduk, sebelumya telah
banyak diamati diberbagai kota besar lainnya di Indonesia, namun demikian
dampak tersebut belum di kuantifikasikan secara ilmiah dalam hal besaran
tingkat pencemaran yang terjadi. Kurangnya informasi dan fasilitias
penghitungan merupakan salah satu sebab terjadinya hal tersebut. Dampak-dampak
terhadap kesehatan dan material akibat pencemaran udara juga masih dirasakan
sangat sediti informasinya, sehingga sukar untuk dijadikan sebagai indikator
pencemaran udara yang baik.
Studi-studi yang lebih mendalam sangat diperlukan,
sehingga dengan menggunakan data yang lebih baik tepat mengenai tingkat
pencemaran udara yang ada di kota Samarinda.
Pencemaran yang diemisikan dari setiap sumber yang ada
akan tersebar di dalam atmosfer, melalio suatu proses dispersi , difusi,
transformasi kimiawi dan pencenceran yang kompleks. Di samping itu, akibat
pergerakan dan dinamika atmosfer sendiri, pencemaran yang masuk kedalam
atmosfer dan elah mengalami proses-proses tadi akan dapat berpindah dari titik
asal sumbernya ke arah atau kawasan lain di sebelah hilir, sesuai dengan arah
dan kecepatan angin dominan yang berlaku.
Dalam konteks pembahasan yang umum, pergerakan
(transport) pencemar udara di dalam amosfer akan terjadi dalam tiga dimensi,
baik horizontal maupun transversal, sesuai dengan arah angin (adveksi), maupun
vertikal, ke lapisan atas atmosfer bumi,
Adalah suatu kenyataan, bahwa fenomena-fenomena pencemar
udara yang telah kita kenal, pada dasarnya disebabkan oleh akivitas
antropogenik, khusunya di daerah-daerah perkotaan yang telah berkembang dan bukan oleh sumber
dan aktivitas alami.
Kronologis fenomena pencemaran udara yang ada, menunjujan
adanya kaitan yang erat antara aktivitas manusia (antropogenik) yang semakin
berkembang dari waktu ke waktu.
Peningkatan Jumlah penduduk dan kendaraan sebagai penyebab polusi udara di Samarinda
Peningkatan Jumlah penduduk dan kendaraan sebagai penyebab polusi udara di Samarinda
Kepala Bidang Integrasi, Pengolahan dan Desiminasi
Statistik (IPDS)- Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, Achmad Zaini di
Samarinda, mengatakan setiap tahun jumlah kendaraan bertambah banyak namun
panjang jalan hanya bertambah sedikit sehingga kemacetan terus terjadi.
Pada jalan provinsi (jalan negara) misalnya,
lanjut Zaini, sejak 2004 hingga 2009 berdasarkan data yang dia kumpulkan dari
Dinas Pekerjaan Umum dan Kimpraswil Kaltim, tidak ada perubahan, yakni masih tetap
sepanjang 1.762,07 km.
Sedangkan total jalan kabupaten dan kota di
seluruh Kaltim terjadi perubahan tipis,
yakni dari sepanjang
5.283, 04 km pada 2007, bertambah tipis menjadi sepanjang 5.702,04 pada 2008, dan pada 2009 terjadi penambahan
jalan agak lumayan yang menjadi sepanjang
8.116,13 km.Sementara itu dari tahun ke tahun jumlah kendaraan yang harus menggunakan jalan yang ada selalubertambah, pada 2007 misalnya,
kendaran bermotor yang beroperasi di
Kaltim hanya berjumlah1.080.905, namun pada 2009 naik menjadi 1.404.472 kendaraan baik roda dua
maupun roda empat.
Dari jumlah 1,4 juta kendaraan tersebut, kendaraan
yang beroperasi terbanyak adalah di Kota Samarinda yang mencapai
402.817 unit, sementara panjang jalan milik
Samarinda hanya 536,42 km,sehingga di lokasi dan saat-saat tertentu terjadi
kemacetan panjang.
Sejumlah jalan di Samarinda yang sering macet pada
jam-jam tertentu itu antara lain, Jl RE
Martadinat-Slamet
Riyadi hingga Jembatan Mahakam, kemudian di sekitar Pasar Pagi, Pasar Sungai Dama, Jl.Basuki Rahmat, dan hampir semua
jalan yang berada di tengah kota. Jumlah kendaraan terbanyak kedua adalah di
Kota Balikpapan yang mencapai 324.636 unit, sementara panjang jalan yang
dimiliki sepanjang 418,43 km. Kemacetan di kota minyak ini tidak begitu terjadi
meski tingkat kepadatan kendaraannya hampir sama dengan Samarinda, pasalnya di
Balikpapan lebih rapi dalam pengaturan jalan dan lalu lintasnya. hal inilah yang patut menjadi perhatian di
kota tepian ini, dimana selain masalah macet yang tak kunjung selesai turut
juga menyumbang polusi udara di Kota Samarinda
Kandungan Logam
Berat Dalam Tanah dan Di Udara
Gambaran kronologis seperti yang diuraikan berikut ini,
setidak tidaknya memberikan kesan adanya keterkaitan yang erat tesebut, Kabut
London, teramati setelah Revolusi Industri pada abad ke-18 setelah
diperkenalkannya bahan bakar fosil (batu bara) penggerak mesin uap yang
ekstensif. Fenomena ini memuncak pada akhir abad ke-19. Smog Fotokimia Los
Angeles, yang semula diperkirakan sama dengan kabut london, pada dasarnya
adalah suatu pencemaran udara dalam bentuk dan skala yang lain, yang lain, yang
merupakan manifestasi proses dinamika dan kinetika atmosfer yang lebih kompleks
akibat unsur-unsur pencemar udara yang terkandung dalam gas buang kendaraan
bermotor, pengaruh pencemaran jenis ini mulai dirasakan pada tahun 1942,
bersamaan dengan meluasnya penggunaan dan jumlah kendaraan bermotor.
Pengenalannya terhadap fenomena yang sebenarnya
berlangsung, baru dapat diungkapkan pada tahun 1950-an oleh Hagen Smitt dan
Leighton (1951), Hujan Asam, yang terjadi secara luas di daratan Amerika Uatara
dan Eropa Barat, adlaah merupakan fenomena pencemar udara yang berskala spasial
dan temporal.
Akumulasi gas rumah kaca, juga masih disebabkan oleh
pmbakaran bahan bakar fosil, namun dalam skala spasial dan temporal yang lebih
besar (Skala Global) dari tiga fenomena yang terdahulu. Fenomena ini sebenarnya
merupakan suatu fenomena yang erat hubungannya dengan pembentukan kehidupan
biologis di bumi, ribuan tahun yang lalu. Kontribusi yang diberikan oleh
aktivitas antropogenik dalam fenomena ini baru dapat diungkap pada tahun
1980-an, dengan perkembangan ilmu kimia atmosfer dan semakin luasnya penelitian
ekobiologi. Pengaruh yang ditimbulan jenis pencemaran udara ini jelas akan
berskala global, terutama bila dikatikan dengan pemanasan bumi (global
warmiing).
Aspek
meteorologis pencemaran udara perkotaan pedesaan
Pola Penyebaran pencemara udara perkotaan memiliki suatu
karakteristik tersendiri yang timbul akibat sifat orografisnya.
Perubahan-perubahan dalam parameter-parameter meteorologis akan membawa
pengaruh yang besar dalam pencemaran dan difusi pencemar udara yang diemisikan,
baik terhadap kota Samarinda secara lokal, maupun terhadap pedeseaan
disekitarnya dalam skala regional, bahasan selanjutnya akan membahas lapisan
trosposfer.
Perubahan
klimatologis daerah perkotaan
Aktivitas perkotaan telah pula terbukti membawa perubahan-perubahan terhadap
faktor-faktor meteorologi lokal. Dengan demikian dapat pla diramalkan di
Samarinda pola pencemaran udara yang diemisikan perkotaan juga akan mengalami
perubahan evolusif yang berarti.
Berapa faktor meteoroligis telah terbukti mengalami
perubahan akibat tumbuh dan berkembangnya
aktivitas perkotaan di kota Samarinda. Fenomena mentereologis dalam
skala lokal dan regional, yang dikenal sebagai sirkulasi udara
perkotaan-pedesaan timbul akibat perubahan meterologis berikut ini.
1.
Temperatur
Perubahan terhadap keseimbangan pemansan merupan pengaruh meteorologi utama yang ditimbulkan oleh aktivitas perkotaan. Perubahan temperatur dapat terjadi akibat :
Perubahan terhadap keseimbangan pemansan merupan pengaruh meteorologi utama yang ditimbulkan oleh aktivitas perkotaan. Perubahan temperatur dapat terjadi akibat :
a.
Perubahan karakteristik pemanasan pada
permukaan
Semakin banyaknya dinding bangunan yang tegak lurus didaerah di sebuah kota akan mengubah keseimbangan pemanasan secara berarti pada siang hari, gelombang sinar matahari yang ada akan mengalami pemantulan berulang kali oleh permukaan tanah dan dinding-dinding tinggi, hingga gelombang sinar yang dapat terlepas langsung ke atmosfer berkurang, bila dibandingkan dengan daerah pedesaan yang relatif terbuka. Panas yang datang dan menyentuh dinding juga akan tertahan dan tersimpan dalam waktu yang relatif lama. Pada malam hari, pelepasan panas yang tertahan siang hari akan meningkatkan temperatur minimum. Hal ini terutama terutama berlangsung selama musim panas atau di perkotaan daerah tropis.
Semakin banyaknya dinding bangunan yang tegak lurus didaerah di sebuah kota akan mengubah keseimbangan pemanasan secara berarti pada siang hari, gelombang sinar matahari yang ada akan mengalami pemantulan berulang kali oleh permukaan tanah dan dinding-dinding tinggi, hingga gelombang sinar yang dapat terlepas langsung ke atmosfer berkurang, bila dibandingkan dengan daerah pedesaan yang relatif terbuka. Panas yang datang dan menyentuh dinding juga akan tertahan dan tersimpan dalam waktu yang relatif lama. Pada malam hari, pelepasan panas yang tertahan siang hari akan meningkatkan temperatur minimum. Hal ini terutama terutama berlangsung selama musim panas atau di perkotaan daerah tropis.
b.
Perubahan penyinaran
Telah banyak diamati, bahwa unsur-unsur pencemar udara diperkotaan (aerosol, debu, oksidian) dapat mengurangi intensitas sinar matahari yang datang antara 20% dan 30%. Ini menyebabkan naiknya temperatur minimum, meskipun temperatur maksimum akan menurun dalam musim dingin.
Telah banyak diamati, bahwa unsur-unsur pencemar udara diperkotaan (aerosol, debu, oksidian) dapat mengurangi intensitas sinar matahari yang datang antara 20% dan 30%. Ini menyebabkan naiknya temperatur minimum, meskipun temperatur maksimum akan menurun dalam musim dingin.
2.
Urban Heat Island
Akumulasi panas di kota Samarinda pada siang hari akan menyebabkan keseimbangan radiatif pada malam hari yang berbeda dengan daerah pedesaan yang menyimpan lebih sedikit panas pada siang hari. Akan terjadilah karenanya, suatu gumpalan panas di daerah Samarinda yang isotermalnya biasanya terletak di daerah pusat kota. Intensitas gumpalan panas ini akan bergantung pada :
Akumulasi panas di kota Samarinda pada siang hari akan menyebabkan keseimbangan radiatif pada malam hari yang berbeda dengan daerah pedesaan yang menyimpan lebih sedikit panas pada siang hari. Akan terjadilah karenanya, suatu gumpalan panas di daerah Samarinda yang isotermalnya biasanya terletak di daerah pusat kota. Intensitas gumpalan panas ini akan bergantung pada :
·
Kecepatan angin kritis di atas gumpalan
panas
·
Awan dan presipitasi
·
Lapisan pencampuran (Mixing Layer)
3.
Kecepatan Angin
Kecepatan angin di daerah perkotaan akan cenderung, akibat semakin besarnya gesekan yang timbul pada aliran udara kecuali percepatan lokal yang dapat timbul akibat efek venturi, jet, dan sebagainya di sela-sela dinding yang tinggi
Kecepatan angin di daerah perkotaan akan cenderung, akibat semakin besarnya gesekan yang timbul pada aliran udara kecuali percepatan lokal yang dapat timbul akibat efek venturi, jet, dan sebagainya di sela-sela dinding yang tinggi
Hal hal ini lah yang menjadi pembahasan yang selanjunya akan dijabarkan
solusi untuk menanggulangi berbagai hal-hal buruk yang terjadi akibat
pencemaran udara di kota Samarinda.
BAB IV
4.1 KESIMPULAN
4.1 KESIMPULAN
Aktivitas kota Besar di Indonesia, khusunya Samarinda,
memiliki potensi yang sangat besar dalam penurunan kualitas udara. Hal ini
terutama disebabkan oleh aktivitas transportasi dan aktivitas industri meski
sebagian hanya memberikan kasus pencemaran lokal di beberapa wilayah sesuai dengan peruntukan daerahnya. Pemukiman
dan pengelolaan sampah padat hanya memberi kontribysi pencemaran yang relatif
rendah.
Sektor transportasi merupakan sumber dominan bagi seluruh
jenis pencemar udara, baik gas maupun partikulat. Selain itu dapat disimpulkan
juga bahwa tingkat pencemaran tertinggi di kota Samarinda terletak pada daerah-
daerah pusat kota terutama wilayah yang padat kendaraaan.
Polusi udara ini disebabkan meningkatnya pertumbuhan jumlah kendaraan yang tidak diimbangi dengan lebar dan panjang jalan. Karenanya, uji emisi ini dapat mendukung pengurangan polusi. Misalnya dengan mengukur gas buang kendaraan roda empat, mendeteksi kinerja mesin kendaraan berbahan bakar solar dan bensin sebagai upaya mengetahui potensi pencemaran udara.
Polusi udara ini disebabkan meningkatnya pertumbuhan jumlah kendaraan yang tidak diimbangi dengan lebar dan panjang jalan. Karenanya, uji emisi ini dapat mendukung pengurangan polusi. Misalnya dengan mengukur gas buang kendaraan roda empat, mendeteksi kinerja mesin kendaraan berbahan bakar solar dan bensin sebagai upaya mengetahui potensi pencemaran udara.
4.2 Saran dan Rekomendasi
Pengendalian pencemaran akibat
kendaraan bermotor akan mencakup upaya-upaya pengendalian, baik langsung maupun
tak langsung, yang dapat menurunkan tingkat emisi pencemar udara dari kendaraan
bermotor secara efektif dalam metode ini, terdapat dua pendekatan strategis
yang dapat dilakukan :
1.
Penurunan laju
emisi pencemar dari setiap kendaraan untuk setiap kilometer jalan yang
ditempuh, atau
2.
Punuruan
jumlah total kendaraan/kilometer
Tabel dibawah memperlihatkan
kemungkinan usaha pengendalian dapat diterapkan dalam kebijakan pengendalian
pencemaran udara yang mempunyai spektrum yang lebar, meskipun tidak mencakup
semua kemungkinan yang ada.
Upaya penurunan laju tingkat emisi
|
Upaya penurunan trip kendaraan kilometer (TKK)
|
Baku
emisi kendaraan bermotor
Peralatan retrofit
-
Katalisator Oksidasi
-
Modifikasi mesin
Inspeksi
dan pemeliharaan Konversi BBGas
Perbaikan
aliran lalulintas
-
Perencenanaan jalan raya dan
pertukaran yang baik jalan searah, jalan putaran, atau alternartif Peraturan
bongkar mut Waktu kerja
|
Pembatasaan
lalulinstas
-
Penutupan jalan
Daerah
bebas lalulintas kendaraan bermotor
-
Pembatasan lalulinas sebagian
-
Zona pencapian terbatas
-
Pembataan pemberhatian
Pencatuan
BBM
Pengaturan
pembatasan lalulintas
-
Larangan parkir
Pengaturan
parkir
-
Tarif parkir tinggi
-
Kenaikan pajak bbm
-
Kenaikan tarif pendaftaran
-
Jalur sepeda dan taksi khusus
Pengurangan
volume lalulintas
-
Jalan pintas/bypass
-
Pengendalian pengembangan
kota
Perbaikan
angkutan umum (mass-transit)
-
Membuat sarana angkutan umum
yang lebih memadai
-
Penurunan tarif angkutan bus
|
Pemilihan strategi yang terbaik
diperlukan bagi kota ini sehingga dampak ekonomi dan sosial yang akan timbuk
adalah sekecil mungkin.
Dalam saran dan rekomendasi ini,
usulan kebijakn yang perlu diempuh akan didasarkan pada analisis kualitas udara
yang telah dilakukan dimana penekanannya
lebih diarahkan dalam pengendalian sumbernya.
Analisis dan Usulan kebijakan pengendalian pencemaran udara
Intesitas pencemaran udara yang
ditimbukan kegiatan-kegiatan perkotaan mempunyai kecenderungan yang meningkat
dengan berkembangnya kota. Bahasan ini dilakukan untuk mengetahui secara
mendalam karakteristik sumber-sumber
utama penyebab menurunya kualitas udara di wilayah Samarinda serta untuk mengetahui pilihan kebijakan dalam
penanggualangan. Intnsitas emisi pencemar udara di kota Samarinda dapat
dihitung dengan dua metoda, yaitu :
1.
Estimasi
secara empiris
2.
Estimasi
secara penilaian cepat berdasarkan petunjuk WHO
Selanjutnya dilakukan pemodelan
dispersi pencemar udara berskala meso (regional) untuk mengetahui penyebaran
pencemar udara dan tingakat konsentrasi atmosferik yang akan terjadi. Model
Kotak Eulerian. Yang memerlukan data intensitas emisi pencemar udara dan
meteorologi sebgai sistem masukannya.
Alternatif kebijakan dan strategi
yang dianalisis melalui prediksi emisi dan konsentrasi pencemaran meliputi
strategi tanpa pengendalian, metoda inspeksi gas buang, dan pemasangan
konverter katalik.
Penurunan efisiensi lainnya dapat
dilakukan dengan
a.
Mensyaratkan
pemasangan peralatan retrofit pada kendaraan lama dan kendaraan produksi baru
b.
Membatasi umur
kendaraan bermotor
Serta dibutuhkannya penerapan
pengelolaan lalulintas dan perbaikannya, perencanaan sarana tnrasportasi serta
subtitusi energi bahan bakar, tingkat pencemaran yang ditimbulkan akan dapat
berkurang.
a.
Penngelolaan
lalulintas akan :
1.
Mengurangi
Kongesti
2.
Menambah
kecepaan rata-rata tempuhh,
3.
Menaikan
efisiensi konsumsi bahan bakar.
b.
Perbaikan
sistem dan perencanaan transportasi memungkinkan perubahan modal split,
sehingga kendaraan penumpang akan mungkin menurun laju pertambahannya karena
saranan kemudahan pengangkutan umum tersedia. Penambahan saran transportasi,
seperti jalan pintas, arteri dst-nya yang memungkinkan hal ini dapat
menyebabkan hal-hal sebagai berikut :
1.
Menurunya
waktu tempuh (kecepatan rata-rata meningkat)
2.
Menurunya
volume kendaraan dalam penggal jalan
c.
Subtitusi
bahan bakar, dengan menggunakan bahan bakar yang lebih bersih, atau lebih
efisien, misalnya gas alam, dst-nya.
d.
Perbaikan
tekhnologi mesin penggerak atau penerapan tekhnologi baru yang lebih bersih,
yang memungkinkan proses pembakaran yang lebih sempurna dan efisien.
Diharapkan pemangku kepentingan bertindak lebih aktif dan
bijak dalam penyusunan berbagai kebijakan dan peraturan, termasuk pengendalian
pencemaran udara di perkotaan. Misalnya seperti komitmen untuk pemakaian bensin
tanpa timbal, memberikan sanksi tegas kepada pengendara yang melanggar atau
menimbulkan polusi udara di atas batas mutu emisi (BME) yang ditetapkan dan
peran aktif berkomitmen dari seluruh industri
maupun masyarakat Samarinda agar lebih peduli terhadap lingkungan dalam
menggunakan mesin operasional, kendaraan,
dan hal-hal lain yang berpotensi menimbulkan pencemaran udara dengan lebih
bijak .
Diperlukan Usaha pengendalian yang menyeluruh yang
meliputi perbaikan sistem transportasi dan perencanaanya serta dibutuhkannya
teknlogi permesinan yang lebih ramah energi serta peninjauan kembali pada
industri industri di sekitar kota Samarinda.
Daftar Pustaka
Hamid, Hamrat, 2007. Pengawasan industri dalam
pengendalian pencemaran lingkungan .
Soedomo M., Irstad M, 1992. Pemantauan Kualitas udara ambien di Kota Jakarta
dan Bandung.
Soedomo
M., Usman K, Djajadiningrat S T,. Darwin, 1990. Model Pendekatan dalam Analisis
Kebijakan Pengendalian Pencemaran Udara, Studi Kasus di Jakarta, Bandung dan
Surabaya, Penelitian KLJ – Jurusan Teknik Lingkungan ITB.
Widowati, Wahyu, 2008. Efek Toksik Logam.
Oktora, Bunga, 2008. Hubungan antara kualitas udara dan ....
Oktora, Bunga, 2008. Hubungan antara kualitas udara dan ....
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut