Refleksi
Regionalisme Timur Tengah
Regionalisme
mulai banyak terbentuk saat terjadi perang dingin dimana terjadi perebutan
dominasi antara blok barat yang dipimpin Amerika Serikat dan Blok timur yang di
Naungi oleh Uni Soviet yang dimulai dari 1945 (Setelah Perang dunia kedua) dan
diakhiri pada tahunn 1990 bersaamaan dengan Penandatangan oleh Presiden Uni
Soviet dan Presiden Amerika Serikat
dimana ditandai juga dengan runtuhnya Tembok Berlin yang memisahkan Jerman
Barat dan Jerman Timur. Regionalisme adalah proses politik untuk peningkatan
kualitas kerja sama atau penyatuan antar
negara dalam suatu kawasan wilayah tertentu yang umumnya berdekatan secara
geografis dan berakhrinya perang dingin
semakin menempatkan regionalisme sebagai trend
bagi seluruh kawasan dunia.
Saya sangat tertarik dalam
pembahasan Regionalisme kawasan Midle East atau Timur Tengah karena kawasan Timur-Tengah merupakan kawasan yang
sejak lama menjadi kawasan terpenting di dunia. Hal ini
dikarenakan posisi geografis strategis Timur Tengah dimana letaknya
berada pada pertemuan benua Eropa, Asia dan Afrika, negara-negara yang berada pada kawasan
Timur-Tengah secara umum kondisi sosial
politiknya terhubung satu sama lain. Disamping itu Bangsa Indonesia juga
memiliki kedekatan emosional (keagamaan) dengan kawasan Timur Tengah bahkan
saat ini terdapat 3 Agama besar Dunia
yang berasal dan mensakralkan beberapa tempat di kawasan tersebut
seperti Mekkah, Madinah, Yerussalem (Al,Quds), Karbala, dan Qom.
Dalam
pembahasan mengenai propek dari regionalisme di kawasan Timur Tengah itu
sendiri selalu dihadapkan dengan perdebatan pihak yang optimis dan pesimis
dimana seperti kita ketahui negara-negara di kawasan ini sedang sibuk dalam
penanganan berbagai masalah internal, problem keamanan dan kedaulatan yang
tidak kunjung tuntas dan semakin kompleks dengan kehadiran para aktor
eksternal. Gelombang konflik diwilayah inilah yang membawa dampak negatif
terutama dalam perkembangan ekonomi sehingga tak seperti diwilayah lain yang
sudah merancang dan menganut free trade area seperti Uni Eropa, ASEAN,
MERCOSUR, NAFTA dan lan lain, kawasan Timur Tengah hanya memiliki Liga Arab
sebagai organisasi regional dengan segala problematikanya.
Liga
Arab menjadi contoh regionalisme di wilayah Timur-Tengah yang menarik untuk
disimak lebih lanjut seiring perubahan peta politik tahun 2011 sebagaimana kita
ketauhi para Diktator yang memerintah selama puluhan tahun diguingkan dalam
beberapa hari Beberapa nama besar seperti Husni Mubarak, Muammar Qadhafi, dan
Ben Ali yang tersohor karena langgengnya kekuasaan mereka akhirnya tidak kuasa berdaya
menghadapi kudeta dan demonstrasi dari rakyatnya yang tertindas dan menderita
meskipun masih ada juga penduduknya yang hidup dalam kemewahan akibat
kesenjangan selama rezim tersebut, setidaknya hal itu lah yang menghilhami
“aksi bakar diri” seorang pemuda bernama
Muhamed Bouazizi di Tunisia sebagai bentuk ekspresi keputususaan yang tidak menemukan
jalan keluar atas kondisi ekonomi yang
dihadapinya, perlakuan kasar dari pihak
keamanan negaraya berupa perlakuan pembakaran terhadap lapak jualannya, sejak aksi bakar diri tersebut, menjadi
pemicu demonstrasi yang mengarah pada tuntutan
pengunduran diri Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali yang kemudian
menjadi inspirasi dan motivasi bagi Rakyat Mesir untuk menggulingkan kekuasaan
otoriter Presiden Hosni Mubarak yang telah berkuasa selama tiga puluh tahun
lebih. penyebab revolusi di Mesir dikarenakan seorang warga Mesir membuat laman
web di situs jejaring sosial tentang keadaan negaranya dan akhirnya Presiden Mesir
Hosni Mubarak mengundurkan diri sebagai Presiden pada tanggal 11 Februari 2011.
Fenomena Arab Springs ini merupakan sebuah kejadian yang luar biasa dan saya
yakin akan membawa peluang hegemoni politik kearah yang seharusnya lebih positif bagi kawasan timur tengah
dimana penguasa yang memerintah puluhan tahun digulingkan lewat unjuk rasa
beberapa hari, pemerintah 40-50 tahun lalu mendapatkan kekuasaannya melalui
suatu kudeta militer, baik yang benar-benar tampak di permukaan sebagai suatu
kudeta militer, mau pun yang merupakan kudeta militer terselubung dimana pada
umumnya mereka mendapat dukungan dari Blok Barat dan Blok Timur yang kemudian dimanfaatkan para penguasa untuk
menindas rakyatnya sendiri.
The
Arab Spring menjadi titik balik pemerintahan militier karena dapat kita amati
bahwa rentetan peristiwa Arab Spring
Tumbangnya para pemimpin ‘diktator’ seperti Ben Ali (Tunisia), Hosni
Mubarak (Mesir), Muamar Qaddafi (Libya) dan yg keempat, dan bukan terakhir,
adalah Ali Abdullah Saleh (Yemen) serta Lahirnya sistim pemilihan-pemimpin
negara yang lebih melibatkan suara rakyat adalah murni dimotori masyarakat sipil dan kelas
menengah melalui peristiwa Arab Spring ini saya optimis akan angin segar bagi
kawasan timur tengah dan berefek pada Identitas Negara-bangsa mereka yang tidak
bisa lepas dari pembangunan atau kesadaran identitas masyarakat kawasan timur
tengah merupakan faktor yang sangat mendukung untuk terciptanya Regionalisme di
Timur Tengah.
Sehingga saya
memiliki dugaan bahwa Regionalisme di Timur Tengah akan dimulai dari masyarakatnya karena
perkembangan keterbukaan informasi saat ini sangat berbeda dengan 30 tahun lalu
terutama dengan perkembangan Internet dan juga sebagaimana
menurut Louise Fawcett regionalisme
akan muncul dengan adanya kesadaran regional dan keinginan negara-negara untuk
melakukan sesuatu yang terbaik di lingkungan regional mereka serta memenuhi kirteria lain dari hakikat dari regionalisme sendiri yang sampai saat ini masih
diperdebatkan dimana suatu regionalisme tidak selalu menekankan faktor
kedekatan geografis semata (Timur Tengah adalah kawasan negara penghasil
minyak, masyarakatnya beragama Islam, penghasil minyak dan daerah gurun), tapi
lebih dari itu Menurut Andrew Hurrell paling tidak
regionalisme harus memenuhi kriteria: social, economic, political, and organizational cohesiveness serta adanya
saling ketergantungan atau interdependensi antara satu negara dengan negara
lainnya, meskipun saat ini Arab Saudi yang memiliki power
terkuat malah bekerja sama dengan USA bukan mengukatamakan keefektifan Liga
Arab dan OKI untuk kepentingan kawasan dan Juga Iran yang memiliki ambisi individual dalam kawasan akan sadar untuk bersama membangun
integritas baik itu ekonomi, sosial dan buaya untuk melawan hegemoni asing
terutama Amerika atas kawasan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar