Senin, 12 Januari 2015

Refleksi Regionalisme Timur Tengah



Refleksi Regionalisme Timur Tengah


Regionalisme mulai banyak terbentuk saat terjadi perang dingin dimana terjadi perebutan dominasi antara blok barat yang dipimpin Amerika Serikat dan Blok timur yang di Naungi oleh Uni Soviet yang dimulai dari 1945 (Setelah Perang dunia kedua) dan diakhiri pada tahunn 1990 bersaamaan dengan Penandatangan oleh Presiden Uni Soviet  dan Presiden Amerika Serikat dimana ditandai juga dengan runtuhnya Tembok Berlin yang memisahkan Jerman Barat dan Jerman Timur. Regionalisme adalah proses politik untuk peningkatan kualitas kerja sama atau penyatuan  antar negara dalam suatu kawasan wilayah tertentu yang umumnya berdekatan secara geografis dan berakhrinya  perang dingin semakin menempatkan regionalisme sebagai trend bagi seluruh kawasan dunia.

            Saya sangat tertarik dalam pembahasan Regionalisme kawasan Midle East atau Timur Tengah karena kawasan Timur-Tengah merupakan kawasan yang sejak lama menjadi kawasan  terpenting di dunia. Hal ini  dikarenakan posisi geografis strategis Timur Tengah dimana letaknya berada pada pertemuan benua Eropa, Asia  dan Afrika, negara-negara yang berada pada kawasan Timur-Tengah secara umum kondisi  sosial politiknya terhubung satu sama lain. Disamping itu Bangsa Indonesia juga memiliki kedekatan emosional (keagamaan) dengan kawasan Timur Tengah bahkan saat ini terdapat 3 Agama besar Dunia  yang berasal dan mensakralkan beberapa tempat di kawasan tersebut seperti Mekkah, Madinah, Yerussalem (Al,Quds), Karbala, dan Qom.



            Dalam pembahasan mengenai propek dari regionalisme di kawasan Timur Tengah itu sendiri selalu dihadapkan dengan perdebatan pihak yang optimis dan pesimis dimana seperti kita ketahui negara-negara di kawasan ini sedang sibuk dalam penanganan berbagai masalah internal, problem keamanan dan kedaulatan yang tidak kunjung tuntas dan semakin kompleks dengan kehadiran para aktor eksternal. Gelombang konflik diwilayah inilah yang membawa dampak negatif terutama dalam perkembangan ekonomi sehingga tak seperti diwilayah lain yang sudah merancang dan menganut free trade area seperti Uni Eropa, ASEAN, MERCOSUR, NAFTA dan lan lain, kawasan Timur Tengah hanya memiliki Liga Arab sebagai organisasi regional dengan segala problematikanya.
            Liga Arab menjadi contoh regionalisme di wilayah Timur-Tengah yang menarik untuk disimak lebih lanjut seiring perubahan peta politik tahun 2011 sebagaimana kita ketauhi para Diktator yang memerintah selama puluhan tahun diguingkan dalam beberapa hari Beberapa nama besar seperti Husni Mubarak, Muammar Qadhafi, dan Ben Ali yang tersohor karena langgengnya kekuasaan mereka akhirnya tidak kuasa berdaya menghadapi kudeta dan demonstrasi dari rakyatnya yang tertindas dan menderita meskipun masih ada juga penduduknya yang hidup dalam kemewahan akibat kesenjangan selama rezim tersebut, setidaknya hal itu lah yang menghilhami “aksi bakar diri”  seorang pemuda bernama Muhamed Bouazizi di Tunisia sebagai bentuk ekspresi keputususaan yang tidak menemukan jalan keluar atas kondisi ekonomi  yang dihadapinya,  perlakuan kasar dari pihak keamanan negaraya berupa perlakuan pembakaran terhadap lapak jualannya,  sejak aksi bakar diri tersebut, menjadi pemicu demonstrasi yang mengarah pada tuntutan  pengunduran diri Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali yang kemudian menjadi inspirasi dan motivasi bagi Rakyat Mesir untuk menggulingkan kekuasaan otoriter Presiden Hosni Mubarak yang telah berkuasa selama tiga puluh tahun lebih. penyebab revolusi di Mesir dikarenakan seorang warga Mesir membuat laman web di situs jejaring sosial tentang keadaan negaranya dan akhirnya Presiden Mesir Hosni Mubarak mengundurkan diri sebagai Presiden pada tanggal 11 Februari 2011.

Fenomena Arab Springs ini merupakan sebuah kejadian yang luar biasa dan saya yakin akan membawa peluang hegemoni politik kearah yang seharusnya  lebih positif bagi kawasan timur tengah dimana penguasa yang memerintah puluhan tahun digulingkan lewat unjuk rasa beberapa hari, pemerintah 40-50 tahun lalu mendapatkan kekuasaannya melalui suatu kudeta militer, baik yang benar-benar tampak di permukaan sebagai suatu kudeta militer, mau pun yang merupakan kudeta militer terselubung dimana pada umumnya mereka mendapat dukungan dari Blok Barat dan Blok Timur  yang kemudian dimanfaatkan para penguasa untuk menindas rakyatnya sendiri.
The Arab Spring menjadi titik balik pemerintahan militier karena dapat kita amati bahwa rentetan peristiwa Arab Spring   Tumbangnya para pemimpin ‘diktator’ seperti Ben Ali (Tunisia), Hosni Mubarak (Mesir), Muamar Qaddafi (Libya) dan yg keempat, dan bukan terakhir, adalah Ali Abdullah Saleh (Yemen) serta Lahirnya sistim pemilihan-pemimpin negara yang lebih melibatkan suara rakyat adalah murni dimotori masyarakat sipil dan kelas menengah melalui peristiwa Arab Spring ini saya optimis akan angin segar bagi kawasan timur tengah dan berefek pada Identitas Negara-bangsa mereka yang tidak bisa lepas dari pembangunan atau kesadaran identitas masyarakat kawasan timur tengah merupakan faktor yang sangat mendukung untuk terciptanya Regionalisme di Timur Tengah.
Sehingga saya memiliki dugaan bahwa Regionalisme di Timur Tengah  akan dimulai dari masyarakatnya karena perkembangan keterbukaan informasi saat ini sangat berbeda dengan 30 tahun lalu terutama dengan perkembangan Internet dan juga sebagaimana menurut Louise Fawcett  regionalisme akan muncul dengan adanya kesadaran regional dan keinginan negara-negara untuk melakukan sesuatu yang terbaik di lingkungan regional mereka serta  memenuhi  kirteria lain dari hakikat dari regionalisme sendiri yang sampai saat ini masih diperdebatkan dimana suatu regionalisme tidak selalu menekankan faktor kedekatan geografis semata (Timur Tengah adalah kawasan negara penghasil minyak, masyarakatnya beragama Islam, penghasil minyak dan daerah gurun), tapi lebih dari itu Menurut Andrew Hurrell paling tidak regionalisme harus memenuhi kriteria: social, economic,  political, and  organizational cohesiveness serta adanya saling ketergantungan atau interdependensi antara satu negara dengan negara lainnya, meskipun saat ini Arab Saudi yang memiliki power terkuat malah bekerja sama dengan USA bukan mengukatamakan keefektifan Liga Arab dan OKI untuk kepentingan kawasan dan Juga Iran yang memiliki ambisi individual  dalam kawasan akan sadar untuk bersama membangun integritas baik itu ekonomi, sosial dan buaya untuk melawan hegemoni asing terutama Amerika atas kawasan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar