Rabu, 15 April 2015

Faktor Idiologi dan Sejarah dalam Politik Luar Negeri Jepang



Nama    : Ansor Budiman
Nim        : 1302045098
Faktor Idiologi dan Sejarah dalam Politik Luar Negeri Jepang



Jepang saat ini benar benar telah mejadi macan asia. Kemajuan Jepang yang begitu pesat baik pra dan pasca perang dunia membawa pertanyaan apakah yang menjadi faktor utama dalam Politik Luar Negeri Jepang hingga mengantarkan Jepang pada podium kemajuan dunia.

Sejarah
Pembahasan kita awali dengan sejarah, menurut KBBI sejarah adalah asal-usul (keturunan) silsilah atau kejadian dan peristiwa yg benar-benar terjadi pada masa lampau. Sejarah singkat Jepang dari prespektif politik luar negerinya yang saya pahami dimulai dari  Masa Nara 710 M dimana saat itu Jepang mulai memiliki hubungan formal dengan Dinasti Tang dan di Masa Kamakura 1185 M – 1333 M Jepang mengalami percobaan Invasi dari Mongol, di Masa Muromachi juga terjadi kontak dengan portugis dilanjut ke Masa Azuchi – Momoyama 1568 M – 1600 M dimana Jepang mulai menginvasi Korea namun yang paling berpengaruh menurut saya pada Jepang kontemporer adalah pada Masa Meiji 1868 M – 1912 M karena pada saat itu Jepang memulai keterbukaannya pada dunia luar, melakukan pembaharuan industrinya dengan didukung oleh Politik pintu terbuka dan Politik Nasionalisme militer kuat dan pendidikan rakyat.
Beberapa hal yang menjadi dasar-dasar Restorasi Meiji adalah pergeseran feodal-kapitalis, kembai ke pemerintahan kuno loyalitas konfusius, untuk mengejar kemajuan barat dengan dua sasaran “Fukoku Kyohei dan Bunma Kaika” (Negara Kaya Militer dan Pencerah Peradaban) benar saja Jepang berhasil mengejar ketertinggalannya dan menjadi aktor utama perang dunia ke II dan melakukan ekspansi keberbagai Wilayah.

Ideologi

            Melihat dari sejarah apa yang menyebabkan Jepang menjadi bangsa yang begitu kuat tidak akan bisa dilepaskan dari Ideologi, Ideologi menurut KBBI adalah kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup dan menurut Slamet Sutrisno yang saya kutip dari bukunya Filsafat dan Ideologi Pancasila menjelaskan Idiologi awalnya diperkenalkan oleh Destutt de Tarcy ditahun 1796 dan berkembang dari ide awalnya sebagai science of ideas yang merupakan arti etimologis (lmu bahasa yg menyelidiki asal-usul kata serta perubahan dl bentuk dan makna) kemudian berkembang menjadi cara berfikir tertentu yang bertentangan dengan cara berfikir ilmiah apalagi filosofis. Makna semulanya yang bersifat intelektual kognitif sedangkan makna sebagai sistem kepentingannya nmenjadikan idiologi sebagai sistem normatif oleh sebab itu ideologi sering disebut doktrin atau ajaran perjuangan yang tentunya berlandaskan filsafat suatu bangsa dalam taraf pemikiran kritis kognitif dalam tingkat praksis.Singkatnya disini adalah bagaimana ideologi awalnya sebagai science of ideas berkembang menjadi sistem normatif yang penuh subjektifitas.

Ideologi Vs. Teknologi
            Sidney Hook menyatakan ketidak setujuannya terhadap pandangan yang menganggap kemajuan iptek akan menghabisi peran ideologi hal ini dilontarkan juga untuk menanggapi buku “The End of Ideology” karya Daniel Bell yang tidak lain adalah bekas muridnya. Dengan simpel dijelaskan bagaimana di era Perang Dingin antara AS dan Uni Soviet memiliki teknologi pers yang sama namun di AS media dapat menjatuhkan seorang presiden sementara di Uni Soviet pers dibungkam penguasa yang kekuasaannya jauh dibawah presiden.

Pengaruh Ideologi dalam kehidupan di Jepang
Jepang mempunyai sistem keluarganya sendiri yang disebut Ie berasal dari kata Ie yang disebut rumah. Mengutip dari  karya tulis A. Firman Budianto 2012 dimana dijelaskan secara umum sistem ie  adalah sistem yang berasal dari konsep ruang lingkup rumah dimana didalamnya dikenal konsep koseki sebagai sebuah bentuk rumah tangga yang tedapat kepala rumah tangga dan anak-anak. Sistem ini dianut sejak zaman tokugawa hal ini juga berkembang kedalam ideologi jepang yang menjadikan persaudaraan sebagai ideologi, menurut Aruga Kizeaon eksistensi ie tidak semata-mata karena keturunan darah, namun dapat pula diteruskan pelayan keluarga tersebut dengan catatan bahwa pelayan tersebut memiliku kazoku ishiki atau kesadaran dalam memiliki dalam keluarga tersebut dan adanya  hubungan keagamaan dalam bentuk sosen suhai, adanya hubungan hukum, ekonomi, moral, budaya dan lain-lain

Dalam Perang Dunia ke II William Ebenstein menjelaskan lewat Buku Isme-Islme  didunia bagaimana Jepang bersama Italia dan Jerman menjadi Blok Fasis yang melakukan agresinya dimana tindakan fasis ini didorong oleh faktor Nasionailsme yang berlebihan serta terlalu percaya dengan menganggap pemerintahnya sebagai bapak serta merasa dirinya adalah bangsa pilihan sehingga menjadikan dirinya begitu percaya diri dan cenderung semena - mena. Hal tersebut tidak lain negara-negara tersebut memiliki kepercayaan akan kelebihan golongan atau ras mereka dibanding manusia lain di Itali Mussolini mengungkit  kebesaran kerajaran Romawi, Jerman mengagungkan Ras Arya dan Jepang dengan Shinto mempercayai Keluarga Kekaisaran Jepang adalah keturunan langsung dari Dewa Amaterasu. Mengutip dari Wikipedia Dalam Perang dunia Jepang memiliki slogan Hakko Ichiu yang dalam bahasa Indonesia berarti “Delapan Penjuru Dunia Satu Atap” mereka menganggap seluruh negeri adalah rumah dan dengan  persaudaraan  untuk menciptakan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya meskipun kita ketahui kekerasan dan kekejaman yang dilakukan dalam praktiknya.




Dalam konteks kontemporer Jepang mengandalkan keuntungan ekonomi industrinya dari sumber daya manusia diwilayah yang tidak memiliki pontensi Sumber daya alam, Bangsa Jepang dikenal suka bekerja dan Memiliki etos kerja yang tinggi mereka mengangap bekerja adalah sesuatu yang menyenangkan bekerja adalah untuk melayani masyarakat yang dianggap dewa dan mereka mengenal istilah hatarakibach (kutu kerja)/ Workaholic bila kita hubungkan dengan Idiologi Jepang terdapat hubungan Oyabun – Kobun (Ayah Anak) berasal dari ie yang berfilososofi melayani dan dilayani seperti perusahaan pusat mengayomi cabang, kemudian Senpai – Kohai (Senior – Junior) dan terakhir Orientasi tanggung jawab kelompok yang begitu besar untuk membandingkan GDP Jepang dengan negara lain bisa kita lihat dari tabel diatas.



Kesimpulan
Kesimpulan pembahasan ini adalah politik luar negeri Jepang saat ini sangat dipengaruhi oleh kemajuan Jepang kontemporer yang tidak akan pernah lepas baik dari sejarah maupun ideologinya karena Jepang memiliki sistem kepercayaan yang membuat bangsanya memiliki kepercayan diri sangat tinggi terbukti dengan kemajuan budaya serta ekspansinya pra Perang Dunia dan bagaimana Jepang membangun kembali dirinya setelah kekalahan dari sekutu sampai menjadi Jepang yang saat ini. Berdasarkan tulisan singkat ini alasan industri dagang memang tidak bisa kita kesampingkan namun faktor Ideologi dan sejarah adalah hal yang paling berpengaruh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar