Disusun Oleh
Ansor Budiman
(1302045098)
Yusra Mufasir
(1302045109)
|
Daftar
Isi
Daftar Isi
Pendahuluan
Latar Belakang
Tugas
Hubungan Internasional di Timur Tengah ini kelompok kami akan membahas tentang
Palestina Sebuah Negara yang memiliki
sejarah konflik sangat panjang dan belum terselesaikan juga hingga hari ini
bahkan sejumlah Negara masih menyangsikan akan keberadaan Negara ini.
Palestina
terletak di bagian barat benua Asia yang membentang antara garis lintang
meridian 15-34 dan 40-35 ke arah timur, dan antara garis lintang meridian 30-29
dan 15-33 ke arah utara. Karena lokasinya terletak di pertengahan negara-negara
Arab, Palestina membentuk kombinasi geografis yang natural dan humanistik bagi
medan terestrial yang luas yang memuat kehidupan orang-orang asli Badui di
wilayah selatan dan gaya pendudukan yang sudah lama di bagian utara. Tanah
Palestina punya keistimewaan dibanding dengan daerah lain karena merupakan
bagian dari tempat diturunkannya semua agama samawi, tempat di mana peradaban
kuno muncul, menjadi jembatan aktivitas komersial dan tempat penyusupan
ekspedisi militer di sepanjang era bersejarah yang berbeda. [1]
Lokasi
strategis yang dinikmati Palestina memungkinkannya untuk menjadi faktor
penghubung antara berbagai benua bagi dunia kuno Asia, Afrika dan Eropa.
Palestina juga menjadi tempat yang dijadikan pintu masuk bagi perjalanan ke
negara-negara tetangga. Ia menjadi jembatan penghubung bagi manusia sejak
dahulu kala, sebagaimana ia juga menikmati lokasi sentral (Pusat) yang memikat
sebagian orang yang mau bermukim dan hidup dalam kemakmuran.[2]
Status
politik Palestina sendiri masih dalam perdebatan. Sebagian besar negara di
dunia termasuk negara-negara anggota OKI, Liga Arab, Gerakan Non-Blok, dan
ASEAN telah mengakui keberadaan Negara Palestina. Wilayah Palestina saat ini
terbagi menjadi dua entitas politik, yaitu Wilayah Pendudukan Israel dan
Otoritas Nasional Palestina. Deklarasi Kemerdekaan Palestina dinyatakan pada 15
November 1988 di Aljir oleh Dewan Nasional (PNC) Organisasi Pembebasan
Palestina (PLO)[3]
Pembahasan
Sejarah Palestina
Istilah
'Palestina' berasal dari kata Filistin. Yaitu suatu bangsa ini menduduki pantai
selatan Kanaan pada waktu bangsa Israel memasuki wilayah itu. Daerah mereka
belakangan dinamakan Filistea. Nama ini pertama kali dipakai oleh Herodutus
untuk menamai daerah di sebelah selatan Siria. Dengan ejaan 'Palaestina',
kemudian istilah itu dipakai oleh bangsa Romawi juga. Ketika bangsa Israel
datang dari Mesopotamia dan bangsa Filistin dari dari Laut Tengah /
Mediterania, bangsa Kanaan akhirnya punah. Dengan berbagai perang, bangsa
Filistin itu akhirnya dikalahkan dan diusir ke utara oleh bangsa Israel.[4]
Wilayah
itu kemudian dibagi dua menjadi wilayah Yudea dan Samaria. Kemudian, ketika
raja Nebukadnezar dari Babel menginvasi wilayah tersebut, wilayah dikuasai
bangsa Israel. Bangsa Israel akhirnya merebut kembali kemerdekaan mereka dari
Kekaisaran Seleukia Syria keturunan Yunani di sekitar 160 SM hingga kedatangan
Romawi. Kaum Yahudi kemudian memberontak melawan penjajah Romawi di pertengahan
abad ke 1 M dan kalah. Pemberontakan kedua dilakukan Simon Bar Kokhba di awal
abad ke 2 M dan kembali berhasil dikalahkan. Pada tahun 135 M Tinneius Rufus,
orang Romawi gubernur Yudea, membersihkan bukit Bait Allah sebagai tanda
kehancuran totaL Yerusalem. Romawi mengusir semua orang Yahudi dari wilayah
Yudea dan Samaria dan mengganti nama wilayah tersebut menjadi Palestina.
Kerajaan Romawi sengaja menggunakan nama "Palestina" karena bangsa
Filistin dulu adalah musuh keturunan bangsa Israel yaitu Orang Yahudi.
Kemudian
orang-orang keturunan Arab baru memasuki wilayah tersebut pasca Era Muhammad di
abad ke 7 M. Bangsa Arab menguasai wilayah tersebut hingga kemudian wilayah
tersebut menjadi wilayah mayoritas keturunan Arab. Wilayah ini dikenal sebagai
negara Transyordania. Seusai perang dunia ke 2, Inggris membagi wilayah ini
menjadi 3 bagian: Israel, Yordania dan wilayah Arab yang nantinya dinamai
"Palestina". Perlu diketahui Kata Arab sendiri tidak selalu terdiri
dari orang-orang islam namun juga orang Kristen dan Yahudi, kata ini sendiri
telah muncul pada abad 9-SM[5].
Sejak
1517 dibawah kuasa Turki Ustmani kala itu dibangun tembok-tembok kota, system
perekonomian pun dibangun dan ditata kembali dengan mengutamakan sector
perdagangan dan pertanian dan berimplikasi pada mengingkatnya lonjakan jumlah
penduduk. Namun sejalan dengan menurunnya kekuatan Turki dimana 1912-1920 telah
khilangan palestina akibat kekalahan dari terjunnya turki pada perang dunia I
dimana Turki bersekutu dengan Jerman[6].
Pada
tanggal 24 April 1920 dalam konferensi perdamaian di San Remo, wilayah
Palestina diserahkan pada Pemerintahan Mandat Inggris dan pada satu juli 1920
pemerintah militer digantikan dengan pemerintahan sipil yang disahkan Liga
Bangsa Bangsa pada 23 September 1922 dan dimulailah persengketaan dengan bangsa
Yahudi.[7]
Perlu
juga diingat bahwa bangsa Filistin dan bangsa Palestina adalah bangsa yang
berbeda. Saat ini bangsa Filistin sudah punah. Sedangkan istilah
"Palestina" baru ada saat lahirnya negara Israel modern tahun 1948.
Istilah ini sengaja diciptakan oleh negara-negara Arab sebagai alat pemersatu
saat perang melawan Israel.
Berdirinya
negara Palestina didorong oleh keinginan untuk menyatukan penduduk Palestina
yang terdiri dari beraneka ragam etnis. Pengumuman berdirinya negara ini
dilakukan oleh Ketua Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Yasser Arafat yang
kemudian menjadi Presiden Palestina, dari pusat pemerintahan di pengasingan, di
Aljiria, Aljazair. Dari segi hukum interansional, eksistensi negara ini rapuh
karena selain tidak diakui sebagian negara anggota Dewan Keamanan PBB, juga
akibat wilayah geografi yang masih belum begitu jelas.
Sebaliknya,
lembaga internasional turut memberi dukungan kepada Palestina. Sekretaris
Jenderal PBB mengundang Yasser Arafat untuk menyampaikan pidatonya dalam sidang
di New York pada Desember 1988. Namun Pemerintah Amerika Serikat menolak
memberikan visa masuk kepada Arafat, sehingga tempat sidang pun di pindahkan ke
Jenewa. Dalam pidatonya, Arafat menegaskan bahwa PLO ingin menjalin kontak
langsung dengan Amerika. Namun karena lobi Yahudi Amerika yang kuat, Palestina
gagal memperoleh pengakuan dari Amerika.
Terdorong
keinginan untuk memperjuangkan tanah yang telah dijadikan bagian dari negara
Yahudi Israel, sejak tahun 1987, penduduk Palestina dengan sendirinya
mengorganisir gerakan Intifadah, yaitu gerakan perjuangan sipil yang bertujuan
mengembalikan tanah Palestina sebelum terbentuknya negara Israel. Kebanyakan
para pejuang Intifadah ialah mereka yang dulu bertempat tinggal di daerah yang
sekarang menjadi bagian dari negara Israel, dan pindah ke pengungsian akibat
pengusiran setelah perang 6 hari. Di dalam pengungsian, terdorong oleh rasa
tertindas dan keinginan untuk merebut kembali rumah dan tanah yang dulu mereka
tempati turun-temurun, penduduk Palestina dan pengungsi dari wilayah israel
bersama-sama mengobarkan Intifadah yang berarti perjuangan untuk melawan tirani
dan penindasan. Dalam pandangan cendikiawan dan media barat, intifadah
seringkali disalah-artikan sebagai bentuk mengobarkan kebencian dan permusuhan
kepada pemerintahan Israel dan bangsa Yahudi dalam bentuk apapun dan tanpa
sebab yang jelas, faktanya, perlawanan ini timbul karena adanya rasa tertindas
akibat pengusiran paksa dan trauma atas kehilangan tanah dan sanak famili
mereka.
Palestina
Pasca British Mandat
Pada
tahun 1946, Transyordania memperoleh kemerdekaan dari Mandat Britania atas
Palestina. Setahun kemudian, PBB mengadopsi rencana partisi untuk solusi
dua-negara di wilayah yang tersisa dari mandat. Rencana tersebut diterima oleh
pimpinan Yahudi, tetapi ditolak oleh para pemimpin Arab dan Inggris menolak
untuk melaksanakan rencana tersebut. Pada malam terakhir penarikan Inggris ,
Agensi Yahudi untuk Israel mendeklarasikan berdirinya Negara Israel sesuai
dengan rencana PBB yang diusulkan. [8]
Komite
Tinggi Arab tidak mengumumkan keadaan sendiri dan sebaliknya, bersama dengan
Transyordania, Mesir, dan anggota lain dari Liga Arab saat itu, mulai tahun
1948 Perang Arab-Israel. Selama perang, Israel memperoleh wilayah tambahan yang
diharapkan menjadi bagian dari negara Arab di bawah rencana PBB. Mesir
memperoleh kendali atas Jalur Gaza dan Transyordania mendapatkan kontrol atas
Tepi Barat. Mesir awalnya mendukung terciptanya Pemerintahan Seluruh Palestina,
tapi itu dibubarkan pada tahun 1959.
Transyordania
pernah mengenalinya dan malah memutuskan untuk memasukkan Tepi Barat dengan
wilayahnya sendiri untuk membentuk Yordania. Aneksasi itu diratifikasi pada
1950. Perang Enam Hari tahun 1967, ketika Mesir, Yordania dan Suriah berperang
melawan orang Israel, berakhir dengan ekspansi teritorial signifikan oleh
Israel. Ekspansi ini melibatkan seluruh Tepi Barat, yang tetap di bawah
pendudukan Israel, dan Jalur Gaza, yang diduduki sampai penarikan mundur Israel
tahun 2005. Pertanyaan apakah Jalur Gaza tetap di bawah pendudukan setelah
penarikan adalah subjek perdebatan, namun seorang pejabat senior Hamas menyebut
pendudukan Jalur Gaza sebagai bagian dari masa lalu.
Pada
tahun 1964, ketika Tepi Barat dikontrol oleh Yordania, Organisasi Pembebasan
Palestina didirikan di sana dengan tujuan untuk menghadapi Israel. Piagam
Nasional Palestina PLO mendefinisikan batas-batas wilayah Palestina sebagai
sisa seluruh mandat, termasuk Israe. Setelah Perang Enam Hari, PLO pindah ke
Yordania, tetapi kemudian dipindahkan ke Libanon setelah peristiwa Black
September tahun 1971. Pada tahun 1974, Liga Arab mengakui PLO sebagai wakil sah
tunggal rakyat Palestina, dan memperoleh status pengamat di Majelis Umum PBB.
Setelah tahun 1982 Perang Lebanon, PLO pindah ke Tunisia.[9]
KTT
Liga Arab 1974 menunjuk PLO sebagai "wakil sah tunggal rakyat Palestina
dan menegaskan kembali hak mereka untuk mendirikan negara merdeka yang
mendesak." PLO telah memiliki status pengamat di Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai "entitas non-negara" sejak 22 November 1974,
yang memberikan hak untuk berbicara di Majelis Umum PBB tetapi tidak memiliki
hak suara. Setelah Deklarasi Kemerdekaan, Majelis Umum PBB secara resmi
"mengakui" proklamasi dan memilih untuk menggunakan sebutan
"Palestina" bukan "Organisasi Pembebasan Palestina" ketika
mengacu pada pengamat permanen Palestina. Dalam keputusan ini, PLO tidak
berpartisipasi di PBB dalam kapasitasnya sebagai pemerintah Negara Palestina.
Sejak tahun 1998, PLO diatur untuk duduk di Majelis Umum PBB segera setelah negara
non-anggota dan sebelum semua pengamat lain.
Pada
tahun 1993, dalam Persetujuan Oslo, Israel mengakui tim negosiasi PLO sebagai
"mewakili rakyat Palestina", dengan imbalan PLO mengakui hak Israel
untuk eksis dalam damai, penerimaan resolusi Dewan Keamanan PBB 242 dan 338,
dan penolakannya terhadap "kekerasan dan terorisme". Sementara Israel
menduduki wilayah Palestina, sebagai hasil dari Persetujuan Oslo, PLO
mendirikan sebuah badan administratif sementara: Otoritas Nasional Palestina
(PNA atau PA), yang memiliki beberapa fungsi pemerintahan di bagian Tepi Barat
dan Jalur Gaza. Pengambilalihan Jalur Gaza oleh Hamas membagi wilayah Palestina
secara politik, dengan Fatah yang dipimpin oleh Mahmoud Abbas menguasai Tepi
Barat dan diakui secara internasional sebagai Otoritas Palestina resmi,
sementara Hamas telah mengamankan kekuasaannya atas Jalur Gaza. Pada bulan
April 2011, kedua pihak telah menandatangani perjanjian rekonsiliasi, tetapi
pelaksanaannya masih terbengkalai.[10]
Hingga
18 Januari 2012, 129 (66,8%) dari 193 negara anggota PBB telah mengakui Negara
Palestina. Banyak negara yang tidak mengakui Negara Palestina tetap mengakui
PLO sebagai "wakil rakyat Palestina". Selain itu, komite eksekutif
PLO diberdayakan oleh PNC untuk melakukan fungsi pemerintah Negara Palestina
Sistem Politik & Pemerintahan
Sistem Politik
Palestina
diatur oleh Demokrasi Parlementer disebut sebagai Dewan Legislatif ( PLC ) .
Presiden saat ini adalah Mahmoud Abbas dan Kepala Pemerintahan adalah Perdana
Menteri , Salam Fayyad . Presiden dipilih setiap empat tahun dan dia menunjuk
Perdana Menteri
Negotiations
Affairs Department ( NAD ) didirikan pada tahun 1994 di Gaza dalam rangka untuk
menindaklanjuti pelaksanaan Perjanjian Sementara yang ditandatangani antara Israel
dan PLO . NAD memiliki dua kantor ; satu di Gaza yang terdiri dari unit-unit
yang bertanggung jawab untuk urusan Israel , pelanggaran Israel atas
kesepakatan yang ditandatangani, kolonisasi Israel ( yaitu kebijakan pemukiman
ilegal ) dan pengungsi Palestina ; kantor lainnya terletak di Ramallah di mana
ia bertanggung jawab untuk menindaklanjuti Perjanjian Interim dan menyiapkan
posisi Palestina untuk perundingan Status permanen dengan Israel .
Dewan Legislatif
Palestina
PLC
adalah sebuah badan yang dipilih dari 132 wakil, dan harus menyetujui semua
posisi pemerintahan kabinet yang diusulkan oleh Perdana Menteri. Peradilan
Cabang belum diformalkan dengan benar. Presiden PNA dipilih langsung oleh
rakyat, dan pemegang posisi ini juga dianggap sebagai panglima angkatan
bersenjata. Perdana Menteri adalah kepala dinas keamanan di wilayah Palestina.
Perdana Menteri memilih menteri kabinet dan menjalankan pemerintah, bertanggung
jawab langsung kepada Presiden.
Bentuk negara:
Kesatuan (Otoritas Pusat)
Secara
kewilayahan, Palestina mirip dengan Brunei ataupun Timor Leste karena
wilayahnya dipisah oleh daratan negara lain. Palestine terdiri atas Tepi Barat
(termasuk Yerusalem Timur) dan Jalur Gaza. Total wilayahnya terbagi ke dalam 16
distrik, dimana 5 distrik terdapat di Jalur Gaza dan 11 di Tepi Barat dan
Yerusalem Timur termasuk salah satunya.
Sistem
pemerintahan: Parlementer
Kepala
negara adalah presiden, kepala pemerintahan adalah Perdana Menteri. Badan
politik utama Palestina adalah presiden, parlemen, administrasi negara, dan
pengadilan. Presiden adalah kepala negara, pelindung konstitusi, dan kesatuan
warganegara. Tugas utama presiden, dengan demikian, adalah bertanggung jawab
untuk kelestarian negara dan kemerdekaan bangsa serta memelihara keteraturan
dan hukum di kehidupan publik. Cabang eksekutif Palestina dipegang oleh dewan
menteri (kabinet) yang dikepalai oleh perdana menteri. Program-program dewan
menteri harus disetujui terlebih dahulu oleh parlemen sebelum dilaksanakan.[11]
Otoritas
Nasional Palestina atau Palestina merupakan sebuah negara yang berbentuk
Republik Parlementer yang diumumkan berdirinya pada tanggal 15 November 1988 di
Aljiria, ibu kota Aljazair. Berbeda dengan kebanyakan negara di dunia yang
mengumumkan kemerdekaannya setelah memperoleh Konsesi Politik dari negara
penjajah, Palestina mengumumkan eksistensinya bukan karena mendapat konsesi
politik dari negara lain, melainkan untuk mengikat empat juta kelompok etnis
dalam satu wadah, yaitu negara Palestina. Dalam pengumuman itu ditetapkan pula
bahwa Yerusalem Timur (akan) dijadikan ibu kota negara.
Secara
de jure, Kepala negara yang berkuasa saat ini masih dalam persengketaan antara
Presiden Mahmoud Abbas dari Faksi Fatah dan Ketua Dewan Legislatif Palestina
Aziz Duwaik. Namun, secara de facto, otoritas Palestina di bawah pimpinan
Presiden Mahmoud Abbas hanya menguasai wilayah Tepi Barat. Wilayah Gaza dikuasai
oleh Hamas di bawah pimpinan mantan Perdana Menteri Ismail Haniyeh, setelah
Hamas merebut wilayah ini dari otoritas Palestina pada tahun 2007. Dewan
Nasional Palestina, yang identik dengan Parlemen Palestina, beranggotakan 500
orang. Kedalam, lembaga ini terdiri dari:
1. Komite
Eksekutif.
2. Kesatuan
Lembaga Penerangan.
3. Lembaga
Kemiliteran Palestina.
4. Pusat
Riset Palestina.
5. Pusat
Tata Perencanaan Palestina.
Dalam
hal ini, Komite Eksekutif membawahkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Penerangan, Pendanaan Nasional Palestina, Organisasi Massa, Tanah Air yang
Diduduki, Perwakilan PLO, Masalah Politik, Masalah Administrasi dan Masalah
Kemiliteran.
Sepenggal
Demokrasi di Palestina
Pada 25 Januari 2006 warga palestina
secara mutlak memilih hamas sebagai sebuah pemilihan umum paling bersih yang
pernah dilakukan di Negara Arab Timur Tengah. Pemerintah Israel segera menolak
mengembalikan pajak pendapatan warga Palestina. Israel juga melancarkan
serangan keji dan berkepanjangan terhadap kota-kota dan desa di Palestina.[12]
Amerika Serikat sendiri yang
memiliki tujuan mendemokratisasi Timur Tengah melupakan tujuannya, sambutan
awal Presiden Bush kala itu digantikan dengan penerimaan atas kebijakan Israel
yang ingin membuat warga Palestina kelaparan agar menyerah. Perubahan tersebut
sebagian besar disebabkan oleh Lobi Yahudi- sebuah istilah yang sangat sering
diucapkan oleh komentator Israel.[13]
Konflik Israel - Palestina
Perjanjian Camp David
Pada
tahun 1979, melalui Perjanjian Camp David, Mesir mengisyaratkan sebuah akhir
pada pengakuannya sendiri atas Jalur Gaza. Pada bulan Juli 1988, Yordania
menyerahkan klaimnya ke Tepi Barat - dengan pengecualian perwalian atas Haram
al-Sharif - untuk PLO. Pada bulan November 1988, PLO sementara di pengasingan,
mendeklarasikan pembentukan "Negara Palestina". Pada bulan
berikutnya, segera diakui oleh banyak negara, termasuk Mesir, Yordania, dan
Indonesia. Dalam Deklarasi Kemerdekaan Palestina. Negara Palestina digambarkan
sebagai yang didirikan atas "wilayah Palestina", tanpa menyebutkan
lebih lanjut. Karena itu, beberapa negara yang mengakui Negara Palestina dalam
pernyataan mereka pengakuan merujuk pada "perbatasan 1967", dengan
demikian mengakui sebagai wilayahnya hanya wilayah Palestina yang diduduki, dan
bukan Israel. Selama negosiasi Persetujuan Oslo, PLO mengakui hak Israel untuk
berdiri, dan Israel mengakui PLO sebagai wakil dari rakyat Palestina. Antara
1993 dan 1998, PLO membuat komitmen untuk mengubah ketentuan Piagam Nasional
Palestina yang tidak sejalan dengan tujuan untuk solusi dua negara dan hidup
berdampingan secara damai dengan Israel.
Setelah
Israel menguasai wilayah Palestina dari Yordania dan Mesir, ia mulai membangun
permukiman Israel di sana. Ini diorganisir ke Yudea dan Samaria kabupaten (Tepi
Barat), Hof Aza Regional Council (Jalur Gaza) di Distrik Selatan. Administrasi
penduduk Arab dari wilayah ini dilakukan oleh Administrasi Sipil Israel
Koordinator Kegiatan Pemerintah di Daerah dan oleh dewan kota lokal hadir sejak
sebelum pengambilalihan Israel. Pada tahun 1980, Israel memutuskan untuk
membekukan pemilihan untuk dewan-dewan dan membentuk Liga Desa bukan, yang
pejabat berada di bawah pengaruh Israel. Kemudian model ini menjadi tidak efektif
untuk kedua Israel dan Palestina, dan Liga Desa mulai pecah, dengan yang
terakhir ini adalah Liga Hebron, dibubarkan pada bulan Februari 1988. Seperti
digambarkan dalam Persetujuan Oslo,Israel diizinkan PLO untuk mendirikan
lembaga sementara administratif di wilayah Palestina, yang muncul dalam bentuk
PNA. Itu diberikan sipil dan / atau Kontrol keamanan di beberapa daerah. Pada
tahun 2005, menyusul pelaksanaan rencana pemisahan diri sepihak Israel, PNA
menguasai penuh Jalur Gaza dengan pengecualian perbatasan, udara, dan perairan
teritorial. Setelah konflik antar-Palestina pada tahun 2006, Hamas mengambil
alih kontrol Jalur Gaza, dan Fatah menguasai Tepi Barat (dan seluruh lembaga
PNA). Saat ini Jalur Gaza diatur oleh Hamas, dan Tepi Barat oleh Fatah.[14]
Keberpihakan Amerika Serikat
Fakta
lain yang penulis maksud adalah dimensi politik yang juga
demikian kental dalam konflik
Israel-Palestina. Fakta ini setidaknya ditunjukkan dengan keberpihakan Amerika Serikat sebagai negara
adidaya pada Israel. Keberpihakan tersebut semakin terlihat jelas ketika tidak
kurang dari puluhan resolusi yang dikeluarkan PBB untuk konflik Israel-Palestina
kerap "dimentahkan" Amerika dengan
vetonya. Ada hal lain yang lebih menarik, sunyinya sauara negara-negara
Arab (khususnya Saudi Arabia yang dalam
banyak hal dianggap sebagai "kampung
halaman Islam", dan berteman dekat dengan Amerika) semakin
memperlihatkan nuansa politik yang cukup
kontras dalam kasus ini. [15]
Kronologi dan Anatomi Konflik Israel-Palestina
Tahun
|
Pristiwa
|
Deskripsi
|
1917
|
Deklarasi
Balfour
|
2 November
1917 Inggris memenangkan Deklarasi Balfour yang dipandang pihak Yahudi dan
Arab sebagai janji untuk mendirikan tanah air bagi kaum Yahudi di Palestina.
|
1922
|
Mandat
Palestina
|
|
1936-1939
|
Revolusi Arab
|
Pimpinan Amin
al Husein yang menyebabkan tidak kurang 5000 warga Arab terbunuh
|
1947
|
Rencana
pembagian wilayah oleh PBB
|
29 November
1947, Perserikatan Bangsa-Bangsa menyetujui untuk mengakhiri Mandat Britania
untuk Palestina dari tanggal 1 Agustus 1948 dengan pemecahan wilayah mandat
|
1948
|
Deklarasi
Negara Israel
|
Israel
diproklamirkan pada tanggal 14 Mei 1948, sehari kemudian langsung diserang
oleh tentara dari Libanon, Yordania, Mesir, Irak, dan negara Arab lainnya.
Israel berhasil memenangkan peperangan dan merebut + 70% dari luas
total wilayah mandat PBB Britania Raya.
|
1949
|
Perseteujuan
gencatan senjata
|
3 April 1949,
Israel dan Arab sepakat untuk melakukan gencatan senjata. Israel mendapat kelebihan
50 persen lebih banyak dari yang diputuskan rencana pemisahan PBB
|
1956
|
Perang Suez
|
29 Oktober
1965, Krisis Suez, sebuah serangan meliter terhadap Mesir dilakukan oleh
Britania Raya, Perancis dan Israel.
|
1964
|
Organisasi
Pembebasan Palestina (PLO) berdiri
|
Mei 1964,
Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) resmi berdiri, tujuannya untuk
menghancurkan Israel.
|
1967
|
Perang enam
hari
|
Dikenal
dengan perang Arab-Israel 1967, merupakan peperangan antara Israel menghadapi
gabungan tiga negara Arab: Mesir, Yordania dan Suriah, yang mendapatkan
bantuan aktif dari Irak, Kuwait, Arab Saudi, Sudan dan Aljazair. Perang
tersebut berlangsung selama 132 jam 30 menit.
|
Resolusi
Khartoum
|
Sebuah
pertemuan 8 pemimpin negara Arab pada tanggal 1 September 1967 karena terjadinya
perang enam hari. Resolusi ini berlanjut ke perang Yom Kippur tahun 1973.
|
|
1968
|
Palestina
menuntut pembekuan Israel
|
Perjanjian
Nasional Palestina dibuat, dan secara resmi Palestina menuntut pembekuan
Israel.
|
1970
|
War of
Attrition
|
Setelah perang
enam hari (5-10 Juni 1967), terjadi insiden serius di Terusan Suez. Tembakan
pertama dilepaskan 1 Juli 1967, ketika pasukan Mesir menyerang patroli
Israel, dan ini merupakan awal dari perang War of Attrition.
|
1973
|
Perang Yom
Kippur
|
Dikenal juga
dengan Perang Ramadhan pada tanggal 6-26 Oktober 1973 karena bertepatan
dengan bulan ramadhan. Perang ini merupakan perang antara pasukan Israel
melawan koalisi negara-negara Arab yang dipimpin oleh Mesir dan Suriah,
terjadi pada hari raya Yom Kipur, hari raya yang paling besar dalam tradisi
orang-orang Yahudi.
|
1978
|
Kesepakatan
Camp David
|
Ditandatangani
pada tanggal 17 September 1978 di Gedung Putih yang diselenggarakan untuk
perdamaian di Tmur Tengah. Jimmy Carter (Presiden Amerika Serikat) memimpin
perundingan rahasia yang berlangsung selama 12 hari antara Presiden Mesir,
Anwar Sadat, dan Perdana Menteri Israel, Menachem Begin.
|
1982
|
Perang
Libanon
|
Perang antara
Israel dan Libanon yang terjadi pada tanggal 6 Juni 1982 ketika angkatan
bersenjata Israel menyerang Libanon Selatan.
|
1990-1991
|
Perang Teluk
|
|
1993
|
Kesepakatan
damai antara Palestina dan Israel
|
13 September
1993, Israel dan PLO sepakat untuk saling mengakui kedaulatan masing-masing.
Pertemuan Yaser Arafat dan Israel Yitzhak Rabin berhasil melahirkan
kesepakatan OSLO. Rabin bersedia menarik pasukannya dari Tepi Barat dan Jalur
Gaza serta memberi Arafat kesempatan menjalankan sebuah lembaga semiotonom
yang bisa memerintah di kedua wilayah. Arafat mengakui hak negara Israel
untuk eksis secara aman dan damai.
|
1996
|
Kerusuhan
teromongan al Aqsha
|
Israel
sengaja membuka terowongan Masjid al Aqsha untuk memikiat para turis dan
membahayakan fondasi mesjid bersejarah, pertempuran berlangsung beberapa
hari.
|
1997
|
Israel
menarik pasukannya dari Hebron, Tepi Barat
|
|
1998
|
Perjanjian
Wye River
|
Oktober 1998,
Perjanjian Wye River yang berisi penarikan Israel dan dilepaskannya tahanan
politik dan kesediaan Palestina untuk menerapkan butir-butir perjanjian Oslo,
termasuk soal penjualan senjata ilegal.
|
2000
|
KTT Camp
David
|
|
2002
|
Israel
membangun tembok pertahanan di tepi Barat diiringi rangkaian serangan bunuh
diri Palestina
|
|
2004
|
Mahkamah
Internasional menetapkan pembangunan batas pertahanan menyalahi hukum
internasional dan Israel harus merobohkannya
|
|
2005
|
Mahmud Abbas
terpilih menjadi Presiden
|
9 Januari
2005, Mahmud Abbas dari al Fatah terpilih sebagai Presiden Otoritas Palestina
menggantikan Yaser Arafat yang wafat pada 11 November 2004
|
Juni 2005,
pertemuan Mahmud Abbas dan Ariel Sharon di Yerusalem. Mahmud Abbas mengulur
Jadwal Pemili karena mengkhawatirkan kemenangan diraih pihak Hammas
|
||
Agustus 2005,
Israel hengkang dari pemukiman Gaza dan empat wilayah pemukiman di Tepi Barat
|
||
2006
|
Hamas
memenangkan Pemilu
|
Januari 2006,
Hammas memenangkan kursi Dewan Legislatif, menyudahi dominasi fatah selama 40
tahun
|
2008
|
Januari-Juli,
ketegangan meningkat di Gaza. Israel memutus suplai listrik dan gas, Hamas
dituding tidak mampu mengendalikan kekerasan
|
|
November
2008, Hamas batal ikut serta dalam pertemuan univikasi Palestina yang
dilaksanakan di Kairo, Mesir. Serangan roket kecil berjatuhan di wilayah
Israel.
|
||
26 Desember
2008, Agresi Israel ke Jalur Gaza. Israel melancarkan Operasi Oferet Yetsuka,
yang dilanjutkan dengan serangan udara ke pusat-pusat operasi Hamas.[16]
|
Buku
Hermawati,
Sejarah Agama & Bangsa Yahudi, (PT RajaGrafindon Persada, 2005)
James
Petras, The Power of Israel In USA, (Charlity Press,Inc, 2006)
Kusnanto,
Peradaban Arab, (PT. Bengawan Ilmu, 2008)
Internet
Falentina,
Kasih. 2014 “Sistem politik di Negara
Palestina” Blogger.co.id Web. Acessed
September 15, 2015
http://kasihfalentina.blogspot.co.id/2014/06/sistem-politik-di-negara-palestina.html
Marhaendy,
Eko 2009. “Analisis Konflik Israel Palestina”
Palestinian
Government 2015. “Palestinian Government” Palestine.dk Web Acessed September
15, 2015 http://palestine.dk/palestine/government.
Sebuah
Penjelajahan Dimensi Politik dan Teologis”
Web. Acessed September 15, 2015
https://ekomarhaendy.wordpress.com/2009/02/13/analisis-konflik-israel-palestina-sebuah-penjelajahan-dimensi-politik-dan-teologis.
Wikipedia
2015. “Negara Palestina” Wikipedia.org Web. Acessed September 15, 2015
https://id.wikipedia.org/wiki/Negara_Palestina.
[1]
Wikipedia 2015. “Negara Palestina” Wikipedia.org Web. Acessed September 15,
2015 https://id.wikipedia.org/wiki/Negara_Palestina.
[2]
Falentina, Kasih. 2014 “Sistem politik
di Negara Palestina” Blogger.co.id Web.
Acessed September 15, 2015 http://kasihfalentina.blogspot.co.id/2014/06/sistem-politik-di-negara-palestina.html
[3]
Wikipedia 2015. “Negara Palestina” Wikipedia.org Web. Acessed September 15, 2015
https://id.wikipedia.org/wiki/Negara_Palestina.
[4] Ibid.
[5]
Kusnanto, Peradaban Arab, (PT. Bengawan Ilmu) hlm. 1
[6]
Hermawati, Sejarah Agama & Bangsa Yahudi, (PT RajaGrafindon Persada, 2005)
hlm.125
[7]
Ibid. hlm 126.
[8] Wikipedia
2015. “Negara Palestina” Wikipedia.org Web. Acessed September 15, 2015 https://id.wikipedia.org/wiki/Negara_Palestina.
[9]
Ibid.
[10]
Ibid
[11] Palestinian
Government 2015. “Palestinian Government” Palestine.dk Web Acessed September
15, 2015 http://palestine.dk/palestine/government.
[12]
James Petras, The Power of Israel In USA, (Charlity Press,Inc, 2006) Hlm. 15.
[13] Ibid. hlm 18
[14]
Wikipedia 2015. “Negara Palestina” Wikipedia.org Web. Acessed September 15,
2015 https://id.wikipedia.org/wiki/Negara_Palestina.
[15] Marhaendy, Eko 2009. “Analisis Konflik Israel
Palestina:
Sebuah Penjelajahan Dimensi Politik dan Teologis” Web. Acessed September 15, 2015 https://ekomarhaendy.wordpress.com/2009/02/13/analisis-konflik-israel-palestina-sebuah-penjelajahan-dimensi-politik-dan-teologis.
[16] Ibid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar